Soal Raja Perempuan di Keraton Yogya, Ini Kata Putri Gus Dur

Kamis, 19 Oktober 2017 13:23 WIB

Putri Raja Keraton Yogyakarta, GKR Mangkubumi (kedua kanan) melepas abdi dalem saat tradisi Lampah Budaya Tapa Bisu Mubeng Beteng di Keraton Yogyakarta, DI Yogyakarta, 22 September 2017. Dalam tradisi menyongsong Tahun Baru Jawa 1 Suro 1951 Dal/1439 H itu para abdi dalem bersama ribuan warga melakukan ritual mengitari Beteng Keraton Yogyakarta sambil tapa bisu atau berjalan tanpa bicara sebagai salah satu bentuk refleksi diri. ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko

TEMPO.CO, Jakarta - Putri sulung presiden RI keempat, Abdurrahman Wahid (Gus Dur) Alissa Wahid ikut angkat bicara dengan polemik raja perempuan Keraton Yogyakarta. Alissa menganggap adanya raja perempuan untuk Keraton Yogya sah-sah saja dengan catatan proses dan mekanisme suksesi dilakukan tanpa menimbulkan konflik berarti di kalangan internal Keraton Yogya.

"Bagi saya yang terpenting bagaimana memutuskan raja perempuan itu, bagaimana langkah sejarah itu diambil," ujar Alissa saat menjadi pembicara diskusi Merdeka Dalam Keberagaman di Yogyakarta di Yogya Rabu petang 18 Oktober 2017.

Wacana raja perempuan menjadi polemik di Keraton Yogya sejak Raja Keraton yang juga Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X mengeluarkan Sabda Raja atau perintah raja tahun 2015 silam.

Baca juga: Isu Raja Perempuan, Adik Sultan HB X Tetap Pimpin Grebeg Besar

Saat itu Sultan mengorbitkan putri sulungnya Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Pembayun sebagai putri mahkota dengan gelar baru GKR Mangkubumi. Polemik raja perempuan itu makin menjadi manakala tahun 2017 ini Mahkamah Konstitusi mengabulkan gugatan aktivis untuk menganulir pasal 18 ayat 1 huruf m pada Undang Undang Keistimewaan DI Yogyakarta.

Advertising
Advertising

Sebab pasal itu memuat syarat tentang jabatan gubernur DIY haruslah seorang laki-laki. Dalam UU Keistimewaan mengatur bahwa raja bertahta keraton otomatis memiliki hak sebagai gubernur DIY.

Sedangkan raja keraton saat ini kebetulan tak memiliki anak laki laki. Polemik raja perempuan ini mengakibatkan hubungan internal dalam keraton khususnya Sultan HB X dengan saudara lainnya dari sesama keturunan Sultan HB IX pun renggang.

Alissa menilai perubahan dalam keraton sebuah keniscayaan yang tak bisa ditolak. Termasuk soal raja. Sejarah keraton Yogya juga peradaban lain di dunia pasti akan selalu melakukan penyelarasan perubahan mengikuti perkembangan zaman. "Kita ngga bisa berpikir lagi 'ini sudah jumud (baku), ngga bisa diubah lagi', jaman terus berubah," ujarnya.

Yang perlu dipastikan jika keraton Yogya akhirnya memilih raja perempuan menurut Alissa adalah proses pengambilan keputusannya. "Semua pihak yang berkepentingan di Keraton harus bisa dipastikan memutuskan raja perempuan itu dengan bijak tanpa konflik," ujar Alissa.

Baca juga: Perempuan Bisa Jadi Raja di Yogya, Adik Sultan: Akan Picu Konflik

Alissa tak rela jika hanya karena perbedaan pendapat soal raja perempuan dan laki-laki Keraton Yogya dikorbankan.
Menurutnya Keraton merupakan aset bangsa sehingga perubahan yang akan dilakukan di dalamnya perlu dipertimbangkam dengan bijaksana oleh kalangan internalnya.
Alissa khawatir jika Keraton sebagai lembaga kebudayaan runtuh legitimasinya gara gara suksesi raja. Jika legitimasi sebagai lembaga penjaga kebudayaan itu runtuh maka Keraton rentan menjadi alat politik dan akibatnya nasib rakyat Yogya terabaikan.

Dalam Undang-Undang Keistimewaan DI Yogyakarta menegaskan raja keraton Yogyakarta yang bertahta otomatis menjabat sebagai gubernur DIY. Namun dalam undang undang itu juga menegaskan bahwa raja yang juga gubernur dilarang terlibat atau terikat dalam organisasi politik.

Berita terkait

Tradisi Grebeg Syawal Keraton Yogyakarta, Tahun Ini Tak Ada Rebutan Gunungan, Abdi Dalem Membagikan

19 hari lalu

Tradisi Grebeg Syawal Keraton Yogyakarta, Tahun Ini Tak Ada Rebutan Gunungan, Abdi Dalem Membagikan

Tahun ini, tradisi Grebeg Syawal tidak lagi diperebutkan tapi dibagikan oleh pihak Keraton Yogyakarta. Bagaimana sejarah Grebeg Syawal?

Baca Selengkapnya

Tradisi Grebeg Syawal Yogya, Ini Alasan Gunungan Tak Lagi Diperebutkan Tapi Dibagikan

20 hari lalu

Tradisi Grebeg Syawal Yogya, Ini Alasan Gunungan Tak Lagi Diperebutkan Tapi Dibagikan

Keraton Yogyakarta kembali menggelar tradisi Grebeg Syawal dalam memperingati Idul Fitri 2024 ini, Kamis 11 April 2024.

Baca Selengkapnya

78 Tahun Sultan Hamengkubuwono X, Salah Seorang Tokoh Deklarasi Ciganjur 1998

29 hari lalu

78 Tahun Sultan Hamengkubuwono X, Salah Seorang Tokoh Deklarasi Ciganjur 1998

Hari ini kelahirannya, Sri Sultan Hamengkubuwono X tidak hanya sebagai figur penting dalam sejarah Yogyakarta, tetapi juga sebagai tokoh nasional yang dihormati.

Baca Selengkapnya

269 Tahun Yogyakarta Hadiningrat, Apa Isi Perjanjian Giyanti?

50 hari lalu

269 Tahun Yogyakarta Hadiningrat, Apa Isi Perjanjian Giyanti?

Perjanjian Giyanti berkaitan dengan hari jadi Yogyakarta pada 13 Maret, tahun ini ke-269.

Baca Selengkapnya

Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

51 hari lalu

Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

Penetapan 13 Maret sebagai hari jadi Yogyakarta tersebut awal mulanya dikaitkan dengan Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755

Baca Selengkapnya

Keraton Yogyakarta Gelar Pameran Abhimantrana, Ungkap Makna di Balik Upacara Adat

51 hari lalu

Keraton Yogyakarta Gelar Pameran Abhimantrana, Ungkap Makna di Balik Upacara Adat

Keraton Yogyakarta selama ini masih intens menggelar upacara adat untuk mempertahankan tradisi kebudayaan Jawa.

Baca Selengkapnya

Mengenal Tradisi Ngapem Ruwahan di Yogyakarta untuk Sambut Ramadan

27 Februari 2024

Mengenal Tradisi Ngapem Ruwahan di Yogyakarta untuk Sambut Ramadan

Tradisi Ngapem Ruwahan di Yogyakarta mengajak saling memaafkan dan persiapan mental sebelum ibadah puasa Ramadan.

Baca Selengkapnya

Yogyakarta Gelar Tradisi Labuhan Gunung Merapi dan Pantai Parangkusumo

12 Februari 2024

Yogyakarta Gelar Tradisi Labuhan Gunung Merapi dan Pantai Parangkusumo

Upacara adat yang digelar Keraton Yogyakarta ini merupakan tradisi ungkapan rasa syukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan alam

Baca Selengkapnya

Menelusuri Lokasi Serbuan Tentara Inggris ke Keraton Yogyakarta, Ini Jadwal dan Tiketnya

11 Februari 2024

Menelusuri Lokasi Serbuan Tentara Inggris ke Keraton Yogyakarta, Ini Jadwal dan Tiketnya

Dua abad lalu, Keraton Yogyakarta pernah dijarah tentara Inggris, tapi keraton tidak hancur dan mash bertahan sampai saat ini.

Baca Selengkapnya

Momen Alam Ganjar Bareng Cucu Sultan HB X Berwisata Keliling Keraton Yogyakarta

7 Februari 2024

Momen Alam Ganjar Bareng Cucu Sultan HB X Berwisata Keliling Keraton Yogyakarta

Alam Ganjar menuturkan lawatan ke Keraton Yogyakarta ini menjadi kunjungannya kembali setelah sekian lama tak menyambanginya.

Baca Selengkapnya