Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Sejarawan: Isu Raja Perempuan Jadi Masalah Pelik Keraton Yogya

image-gnews
Raja Keraton Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono ke X (dua kiri) menggelar Ngabekten (sungkeman) di Keraton Yogyakarta, Kamis (8/8). ANTARA/Andreas Fitri Atmoko
Raja Keraton Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono ke X (dua kiri) menggelar Ngabekten (sungkeman) di Keraton Yogyakarta, Kamis (8/8). ANTARA/Andreas Fitri Atmoko
Iklan

TEMPO.CO, Yogyakarta - Sejarawan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Profesor Suhartono memberikan pandangannnya soal kemungkinan munculnya raja perempuan di Keraton Yogyakarta. Isu raja perempuan ini kembali menghangat pasca  keputusan Mahkamah Konstitusi yang mengabulkan gugatan pasal 18 ayat 1 huruf m Undang Undang Nomor 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan Yogyakarta.  

Menurut Suhartono, isu raja perempuan ini akan menjadi persoalan yang pelik bagi Keraton Yogyakarta. Ia membandingkan persoalan suksesi keraton pada masa kolonial Belanda "Kalau dulu (persoalan suksesi raja keraton) ditengahi pemerintah kolonial, jadi relatif gampang," ujar Suhartono kepada Tempo Senin, 4 S eptember 2017.

Baca juga: Raja Keraton Perempuan, Sultan HB X DIdesak Contoh Kakeknya

Pemerintah kolonial Belanda kata Suhartono, kerap mendukung calon raja yang posisinya lemah untuk  naik tahta menjadi raja. Tapi dengan syarat, ada imbalan berupa kontrak-kontrak politik yang menguntungkan pemerintah kolonial.

Nah, persoalannya saat ini, menurut Suhartono, berdasarkan paugeran keraton, kedudukan Sultan tetap harus laki-laki, namun pada saat yang sama posisi gubernur bisa dijabat laki-laki atau perempuan.  Padahal dalam UU Keistimewaan nomor 13 tahun 2012, jabatan raja keraton dan gubernur melekat. Raja keraton otomatis adalah Gubernur DIY.

Baca juga: Adik Sultan HB X Anggap Peluang Wanita Jadi Raja Tetap Kecil

Persoalannya, di keraton sendiri ada dua kubu yang berseberangan. Satu pihak yakni dari rayi dalem atau keluarga keraton yang menghendaki paugeran bahwa raja harus laki laki tak berubah. Kubu lainnya yakni dari Sultan Hamengku Buwono  X yang hanya memiliki anak perempuan membuka opsi kemungkinan adanya raja perempuan.

"Agar putusan MK itu tak jadi kisruh, penyelesaiannya memang harus dari keraton dulu, bisa tidak paugeran (patokan adat) berubah," ujarnya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Baca juga: Perempuan Bisa Jadi Raja di Yogya, Adik Sultan: Akan Picu Konflik

Menurut Suhartono, dalam persoalan isu raja perempuan ini, konteks politik harus dipisahkan. Memang konstitusi menjamin gubernur bisa laki laki atau perempuan. Namun soal paugeran keraton ini soal adat turun temurun yang pasti dipertahankan kuat keluarga keraton lain. "Mengubah paugeran (bahwa Sultan harus laki-laki) tidak mudah, dan paugeran ini di belakangnya masalah kekuasaan," ujarnya.

Suhartono menuturkan, Sultan HB X sebagai raja memang punya kewenangan penuh mengubah isi paugeran keraton. Sehingga raja perempuan bisa sangat mungkin terjadi. "Tapi menengok sejarah keraton masa silam, yang namanya perebutan kuasa itu luar biasa konfliknya, sampai pertumpahan darah, apa mau seperti masa lalu lagi? Kan enggak," ujarnya.

Baca juga: Isu Raja Perempuan, Adik Sultan HB X Tetap Pimpin Grebeg Besar

Suhartono tidak melihat ada cara lain untuk mengakhiri polemik isu raja perempuan ini selain menyelesaikan paugeran terlebih dahulu. Apa yang akan disepakati oleh Sultan HB X dengan keluarga keraton lainnya. "Kalau satu pihak tetap memaksakan kehendak mengubah paugeran maka akan jadi kericuhan," ujarnya.

PRIBADI WICAKSONO

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Sultan Hamengku Buwono X Gelar Open House setelah Absen 4 Kali Lebaran, Ada Jamuan Tradisional

3 hari lalu

Raja Keraton Yogya Sri Sultan HB X saat melaunching Museum Kereta Keraton Yogyakarta yang kini berganti nama menjadi Kagungan Dalem Wahanarata Selasa (18/7). Dok.istimewa
Sultan Hamengku Buwono X Gelar Open House setelah Absen 4 Kali Lebaran, Ada Jamuan Tradisional

Sultan Hamengku Buwono X dan Paku Alam X absen gelar open house selama empat tahun karena pandemi Covid-19.


Tradisi Grebeg Syawal Keraton Yogyakarta, Tahun Ini Tak Ada Rebutan Gunungan, Abdi Dalem Membagikan

4 hari lalu

Prosesi Grebeg Syawal yang digelar Keraton Yogyakarta di Masjid Gedhe Kauman Kamis 11 April 2024. Dok.istimewa
Tradisi Grebeg Syawal Keraton Yogyakarta, Tahun Ini Tak Ada Rebutan Gunungan, Abdi Dalem Membagikan

Tahun ini, tradisi Grebeg Syawal tidak lagi diperebutkan tapi dibagikan oleh pihak Keraton Yogyakarta. Bagaimana sejarah Grebeg Syawal?


Tradisi Grebeg Syawal Yogya, Ini Alasan Gunungan Tak Lagi Diperebutkan Tapi Dibagikan

5 hari lalu

Prosesi Grebeg Syawal yang digelar Keraton Yogyakarta di Masjid Gedhe Kauman Kamis 11 April 2024. Dok.istimewa
Tradisi Grebeg Syawal Yogya, Ini Alasan Gunungan Tak Lagi Diperebutkan Tapi Dibagikan

Keraton Yogyakarta kembali menggelar tradisi Grebeg Syawal dalam memperingati Idul Fitri 2024 ini, Kamis 11 April 2024.


78 Tahun Sultan Hamengkubuwono X, Salah Seorang Tokoh Deklarasi Ciganjur 1998

14 hari lalu

Gubernur Yogyakarta Sri Sultan Hamengkubuwono X menyebar udik-udik bagian dari acara Kondur Gongso di Masjid Agung Gedhe, Yogyakarta, (23/1). Upacara Kondur Gongso merupakan upacara dalam menyambut Maulud Nabi. TEMPO/Subekti
78 Tahun Sultan Hamengkubuwono X, Salah Seorang Tokoh Deklarasi Ciganjur 1998

Hari ini kelahirannya, Sri Sultan Hamengkubuwono X tidak hanya sebagai figur penting dalam sejarah Yogyakarta, tetapi juga sebagai tokoh nasional yang dihormati.


Sultan Hamengku Buwono X Heran Kasus Antraks di Sleman dan Gunungkidul Muncul Kembali, Karena Tradisi Ini?

29 hari lalu

Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri Sultan Hamengku Buwono X (kiri) dan  Wakil Gubernur DIY Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Aryo (KGPAA) Paku Alam X (kanan) memberikan keterangan kepada wartawan usai pelantikan Gubernur dan Wakil Gubernur DIY di Istana Negara, Jakarta, Senin 10 Oktober 2022. Presiden Joko Widodo melantik Sri Sultan Hamengku Buwono X dan KGPAA Paku Alam X sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur DIY masa jabatan 2022-2027 sesuai dengan Undang-Undang No. 13/2012 tentang Keistimewaan DIY. ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A
Sultan Hamengku Buwono X Heran Kasus Antraks di Sleman dan Gunungkidul Muncul Kembali, Karena Tradisi Ini?

Sultan Hamengku Buwono X mengaku heran karena kembali muncul kasus antraks di Sleman dan Gunungkidul Yogyakarta. Diduga karena ini.


60 Event Meriahkan Hari Jadi DI Yogyakarta sampai April, Ada Gelaran Wayang dan Bazar

35 hari lalu

Tarian Beksan Trunajaya membuka Pameran Abhimantrana, Upacara Adat Keraton Yogyakarta yang digelar 9 Maret hingga 25 Agustus 2024. (Dok. Istimewa)
60 Event Meriahkan Hari Jadi DI Yogyakarta sampai April, Ada Gelaran Wayang dan Bazar

Penetapan Hari Jadi DI Yogyakarta merujuk rangkaian histori berdirinya Hadeging Nagari Dalem Kasultanan Mataram Ngayogyakarta Hadiningrat


269 Tahun Yogyakarta Hadiningrat, Apa Isi Perjanjian Giyanti?

35 hari lalu

Prajurit Keraton Yogyakarta mengawal arak-arakan gunungan Grebeg Syawal di halaman Masjid Gede Kauman, Yogyakarta, 18 Juli 2015. Sebanyak enam buah gunungan diarak dalam acara ini. TEMPO/Pius Erlangga
269 Tahun Yogyakarta Hadiningrat, Apa Isi Perjanjian Giyanti?

Perjanjian Giyanti berkaitan dengan hari jadi Yogyakarta pada 13 Maret, tahun ini ke-269.


Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

36 hari lalu

Ilustrasi Keraton Yogyakarta. Shutterstock
Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

Penetapan 13 Maret sebagai hari jadi Yogyakarta tersebut awal mulanya dikaitkan dengan Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755


Keraton Yogyakarta Gelar Pameran Abhimantrana, Ungkap Makna di Balik Upacara Adat

36 hari lalu

Tarian Beksan Trunajaya membuka Pameran Abhimantrana, Upacara Adat Keraton Yogyakarta yang digelar 9 Maret hingga 25 Agustus 2024. (Dok. Istimewa)
Keraton Yogyakarta Gelar Pameran Abhimantrana, Ungkap Makna di Balik Upacara Adat

Keraton Yogyakarta selama ini masih intens menggelar upacara adat untuk mempertahankan tradisi kebudayaan Jawa.


Mengenal Tradisi Ngapem Ruwahan di Yogyakarta untuk Sambut Ramadan

51 hari lalu

Tradisi Ngapem Ruwahan digelar warga di Yogya sambut Ramadan. (Dok. Istimewa)
Mengenal Tradisi Ngapem Ruwahan di Yogyakarta untuk Sambut Ramadan

Tradisi Ngapem Ruwahan di Yogyakarta mengajak saling memaafkan dan persiapan mental sebelum ibadah puasa Ramadan.