Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Isu Raja Perempuan, Adik Sultan HB X Tetap Pimpin Grebeg Besar

image-gnews
110 Bregada Narakarya bertugas memikul 7 Gunungan Garebeg yang akan diperebutkan oleh warga menuju Masjid Gedhe Kauman dan Pura Pakualaman, Yogyakarta, 2 September 2017. Gunungan Gerebeg ini dipercaya membawa berkah bagi Abdi Dalem dan masyarakat Yogyakarta. TEMPO/Yovita Amalia
110 Bregada Narakarya bertugas memikul 7 Gunungan Garebeg yang akan diperebutkan oleh warga menuju Masjid Gedhe Kauman dan Pura Pakualaman, Yogyakarta, 2 September 2017. Gunungan Gerebeg ini dipercaya membawa berkah bagi Abdi Dalem dan masyarakat Yogyakarta. TEMPO/Yovita Amalia
Iklan

TEMPO.CO, Yogyakarta - Putusan Mahkamah Konstitusi yang membuka peluang Raja Keraton Yogyakarta dari kalangan perempuan kembali memicu polemik di kalangan internal keraton. Namun polemik putusan MK itu tak mempengaruhi pelaksanaan tradisi Grebeg Besar yang dilakukan Sabtu 2 September 2017.

Grebeg besar sebagai tradisi menyambut Idul Adha merupakan tradisi dengan mengarak tujuh gunungan hasil bumi dari komplek Keraton untuk diberikan ke sejumlah tujuan sebagai wujud syukur.

Baca juga: Putusan MK Buka Peluang Yogyakarta Dipimpin Perempuan

Berdasarkan pantauan Tempo, adik Raja Keraton Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono X, Gusti Bendoro Pangeran Haryo Yudhaningrat, tetap menjalankan tugasnya memimpin pelaksanaan Grebeg seperti tahun tahun-tahun sebelumnya.

Padahal, Gusti Yudha, selama ini termasuk keluarga keraton yang paling keras menentang wacana raja perempuan termasuk hasil putusan MK itu. "Memimpin Grebeg sudah kewajiban saya seperti amanat Sri Sultan HB IX," ujar Yudha saat ditanya Tempo usai acara.

Baca juga: Perempuan Bisa Jadi Raja di Yogya, Adik Sultan: Akan Picu Konflik

Yudha menuturkan, ayahandanya Sultan HB IX- yang juga ayah Sultan HB X, semasa hidup memberinya tugas sebagai Manggala Yudha Prajurit atau semacam panglima tentara-nya keraton. Dan itu masih berlaku sampai sekarang meski pergantian tahta beralih ke Sultan HB X.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Selain menjabat sebagai pimpinan prajurit keraton, Gusti Yudho juga menjabat sebagai pimpinan bidang kesenian keraton. Yudhaningrat menyatakan posisinya sebagai panglima keraton pun tergantung kehendak raja yang berkuasa. "Kalau Sultan sekarang atau berikutnya tak menghendaki ya saya bisa diganti, tradisi Grebeg pun tergantung Sultan bertakhta," ujarnya.

Baca juga: Sultan HB X Mendadak Batal Salat Idul Adha di Alun-alun Utara

Sementara itu, pada acara Grebeg Besar itu berlangsung meriah sejak arak-arakan gunungan dikeluarkan dari komplek Keraton ke sejumlah titik. Ribuan warga memadati tempat gunungan akan diletakkan seperti di Masjid Kauman, Komplek Kantor Gubernur Kepatihan, dan Puro Pakualaman.

Empat ekor gajah keraton turut mengawal gunungan saat keluar dari komplek keraton. Saat gunungan diletakkan, warga pun langsung berebut hasil bumi karena percaya hal itu akan mendatangkan berkah keselamatan.

PRIBADI WICAKSONO

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Aeropolis Dekat Bandara YIA, Sultan Hamengku Buwono X Minta agar Tak Ada Kawasan Kumuh

2 hari lalu

Yogyakarta International Airport atau bandara YIA di Kulon Progo. Dok. Istimewa
Aeropolis Dekat Bandara YIA, Sultan Hamengku Buwono X Minta agar Tak Ada Kawasan Kumuh

Sultan Hamengku Buwono X meminta agar Kulon Progo memilah investor agar tidak menimbulkan masalah baru seperti kawasan kumuh.


Sultan Hamengku Buwono X Gelar Open House setelah Absen 4 Kali Lebaran, Ada Jamuan Tradisional

10 hari lalu

Raja Keraton Yogya Sri Sultan HB X saat melaunching Museum Kereta Keraton Yogyakarta yang kini berganti nama menjadi Kagungan Dalem Wahanarata Selasa (18/7). Dok.istimewa
Sultan Hamengku Buwono X Gelar Open House setelah Absen 4 Kali Lebaran, Ada Jamuan Tradisional

Sultan Hamengku Buwono X dan Paku Alam X absen gelar open house selama empat tahun karena pandemi Covid-19.


Tradisi Grebeg Syawal Keraton Yogyakarta, Tahun Ini Tak Ada Rebutan Gunungan, Abdi Dalem Membagikan

11 hari lalu

Prosesi Grebeg Syawal yang digelar Keraton Yogyakarta di Masjid Gedhe Kauman Kamis 11 April 2024. Dok.istimewa
Tradisi Grebeg Syawal Keraton Yogyakarta, Tahun Ini Tak Ada Rebutan Gunungan, Abdi Dalem Membagikan

Tahun ini, tradisi Grebeg Syawal tidak lagi diperebutkan tapi dibagikan oleh pihak Keraton Yogyakarta. Bagaimana sejarah Grebeg Syawal?


Tradisi Grebeg Syawal Yogya, Ini Alasan Gunungan Tak Lagi Diperebutkan Tapi Dibagikan

12 hari lalu

Prosesi Grebeg Syawal yang digelar Keraton Yogyakarta di Masjid Gedhe Kauman Kamis 11 April 2024. Dok.istimewa
Tradisi Grebeg Syawal Yogya, Ini Alasan Gunungan Tak Lagi Diperebutkan Tapi Dibagikan

Keraton Yogyakarta kembali menggelar tradisi Grebeg Syawal dalam memperingati Idul Fitri 2024 ini, Kamis 11 April 2024.


78 Tahun Sultan Hamengkubuwono X, Salah Seorang Tokoh Deklarasi Ciganjur 1998

21 hari lalu

Gubernur Yogyakarta Sri Sultan Hamengkubuwono X menyebar udik-udik bagian dari acara Kondur Gongso di Masjid Agung Gedhe, Yogyakarta, (23/1). Upacara Kondur Gongso merupakan upacara dalam menyambut Maulud Nabi. TEMPO/Subekti
78 Tahun Sultan Hamengkubuwono X, Salah Seorang Tokoh Deklarasi Ciganjur 1998

Hari ini kelahirannya, Sri Sultan Hamengkubuwono X tidak hanya sebagai figur penting dalam sejarah Yogyakarta, tetapi juga sebagai tokoh nasional yang dihormati.


Sultan Hamengku Buwono X Heran Kasus Antraks di Sleman dan Gunungkidul Muncul Kembali, Karena Tradisi Ini?

36 hari lalu

Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri Sultan Hamengku Buwono X (kiri) dan  Wakil Gubernur DIY Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Aryo (KGPAA) Paku Alam X (kanan) memberikan keterangan kepada wartawan usai pelantikan Gubernur dan Wakil Gubernur DIY di Istana Negara, Jakarta, Senin 10 Oktober 2022. Presiden Joko Widodo melantik Sri Sultan Hamengku Buwono X dan KGPAA Paku Alam X sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur DIY masa jabatan 2022-2027 sesuai dengan Undang-Undang No. 13/2012 tentang Keistimewaan DIY. ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A
Sultan Hamengku Buwono X Heran Kasus Antraks di Sleman dan Gunungkidul Muncul Kembali, Karena Tradisi Ini?

Sultan Hamengku Buwono X mengaku heran karena kembali muncul kasus antraks di Sleman dan Gunungkidul Yogyakarta. Diduga karena ini.


60 Event Meriahkan Hari Jadi DI Yogyakarta sampai April, Ada Gelaran Wayang dan Bazar

42 hari lalu

Tarian Beksan Trunajaya membuka Pameran Abhimantrana, Upacara Adat Keraton Yogyakarta yang digelar 9 Maret hingga 25 Agustus 2024. (Dok. Istimewa)
60 Event Meriahkan Hari Jadi DI Yogyakarta sampai April, Ada Gelaran Wayang dan Bazar

Penetapan Hari Jadi DI Yogyakarta merujuk rangkaian histori berdirinya Hadeging Nagari Dalem Kasultanan Mataram Ngayogyakarta Hadiningrat


269 Tahun Yogyakarta Hadiningrat, Apa Isi Perjanjian Giyanti?

42 hari lalu

Prajurit Keraton Yogyakarta mengawal arak-arakan gunungan Grebeg Syawal di halaman Masjid Gede Kauman, Yogyakarta, 18 Juli 2015. Sebanyak enam buah gunungan diarak dalam acara ini. TEMPO/Pius Erlangga
269 Tahun Yogyakarta Hadiningrat, Apa Isi Perjanjian Giyanti?

Perjanjian Giyanti berkaitan dengan hari jadi Yogyakarta pada 13 Maret, tahun ini ke-269.


Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

43 hari lalu

Ilustrasi Keraton Yogyakarta. Shutterstock
Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

Penetapan 13 Maret sebagai hari jadi Yogyakarta tersebut awal mulanya dikaitkan dengan Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755


Keraton Yogyakarta Gelar Pameran Abhimantrana, Ungkap Makna di Balik Upacara Adat

43 hari lalu

Tarian Beksan Trunajaya membuka Pameran Abhimantrana, Upacara Adat Keraton Yogyakarta yang digelar 9 Maret hingga 25 Agustus 2024. (Dok. Istimewa)
Keraton Yogyakarta Gelar Pameran Abhimantrana, Ungkap Makna di Balik Upacara Adat

Keraton Yogyakarta selama ini masih intens menggelar upacara adat untuk mempertahankan tradisi kebudayaan Jawa.