Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

269 Tahun Yogyakarta Hadiningrat, Apa Isi Perjanjian Giyanti?

image-gnews
Prajurit Keraton Yogyakarta mengawal arak-arakan gunungan Grebeg Syawal di halaman Masjid Gede Kauman, Yogyakarta, 18 Juli 2015. Sebanyak enam buah gunungan diarak dalam acara ini. TEMPO/Pius Erlangga
Prajurit Keraton Yogyakarta mengawal arak-arakan gunungan Grebeg Syawal di halaman Masjid Gede Kauman, Yogyakarta, 18 Juli 2015. Sebanyak enam buah gunungan diarak dalam acara ini. TEMPO/Pius Erlangga
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Hari jadi Daerah Istimewa Yogyakarta ditetapkan pada 13 Maret 1755 yang bertepatan juga dengan berdirinya Keraton Yogyakarta atau Hadeging Nagari Dalem Kasultanan Mataram Ngayogyakarta Hadiningrat yang merupakan bagian dari Nagari (Kerajaan) Mataram.

Berdirinya Keraton Yogyakarta berkaitan dengan adanya perjanjian Giyanti yang dibuat pada 13 Februari 1755 atau abad ke-18. Perjanjian Giyanti juga merupakan awal mula terjadinya perpecahan Mataram Islam. Kemudian, isi perjanjian tersebut menyebutkan mataram islam akan terbagi menjadi dua wilayah, yaitu Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Ngayogyakarta.

Awal Mula Perjanjian Giyanti

Perjanjian Giyanti diawali dengan adanya konflik adu domba yang dilakukan oleh VOC dalam sebuah keluarga Amangkurat IV lebih tepatnya adalah Pangeran Mangkubumi (putra Amangkurat IV), dan Raden Mas Said alias Pangeran Sambernyawa (cucu Amangkurat IV).

Pertikaian antara paman dan ponakan tersebut terjadi ketika Raden Mas Said yang merupakan keturunan putra pertama Amangkurat IV (Arya Mangkunegara) merasa lebih berhak meneruskan tahta kakeknya dibandingkan dengan Pangeran Mangkubumi yang merupakan putra lain Amangkurat IV.

Arya Mangkunegara sendiri sebelumnya sudah menggantikan Amangkurat IV namun karena selalu menentang VOC, ia diasingkan ke srilanka sampai meninggal. Setelah itu, VOC memutuskan untuk mengangkat Pangeran Prabusuyasa (putra lain dari Amangkurat IV) untuk menggantikannya dan mendapatkan gelar Pakubuwana II.

Selama kepemimpinan Pakubuwana II, Ia melakukan pemindahan ibu kota kerajaan dari Kartasura ke Surakarta pada 17 Februari 1745. Perpindahan tersebut disebabkan oleh hancurnya istana Mataram pada 1742 akibat  pemberontakan yang dipimpin Mas Garendi atau Sunan Kuning.

Dengan keruntuhan tersebut, Raden Mas Said dan Pangeran Mangkubumi semakin yakin dapat merebut tahta tersebut dengan bantuan VOC. Ide tersebut semakin diperkuat dengan meninggalnya Pakubuwana II pada 20 Desember 1749. Raden Mas Said berinisiatif untuk mengangkat dirinya sebagai raja saat kekosongan tersebut terjadi.

Namun, situasi tidak mendukung karena ada perjanjian yang mengatakan pergantian tahta raja dipegang oleh VOC. Kemudian VOC mengangkat putra Pakubuwana II, Raden Mas Soerjadi yang kemudian menjadi Pakubuwana III. Raden Mas Said dan Pangeran Mangkubumi akhirnya melancarkan serangan.

Melihat adanya pergerakan dari Raden Mas Said dan Pangeran Mangkubumi, VOC melancarkan taktik adu domba yang mempengaruhi Raden Mas Said untuk berhati-hati pada Pangeran Mangkubumi karena akan berkhianat. Bisikan tersebut berhasil membuat keduanya terpecah belah.

VOC kemudian mempengaruhi Pangeran Mangkubumi agar ada di pihaknya dengan imbalan setengah wilayah kekuasaan Mataram yang dipegang Pakubuwana III. Proses perundingan berlanjut dengan menghadirkan Pakubuwana III dan Pangeran Mangkubumi pada 22-23 September 1754. 

Dari perundingan tersebutlah terbit perjanjian Giyanti yang ditandatangani pada 13 Februari 1755 yang menuliskan bahwa kerajaan Mataram Islam Akan terbagi  menjadi dua bagian yaitu Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Ngayogyakarta.

Penghageng II Tepas Purwo Aji Laksana (Kepala Tata Kelola Administrasi/Urusan Rumah Tangga) Keraton Yogyakarta Kanjeng Raden Tumenggung (KRT) Purwowinoto mengatakan sebulan setelahnya barulah Pangeran Mangkubumi mendirikan kerajaan baru bernama Kasultanan Ngayogyakarta  Hadiningrat dan mendeklarasikan dirinya sebagai raja dengan gelar Sri Sultan Hamengkubuwana I.

"Baru tepat sebulan setelahnya, 13 Maret 1755, Kamis Pon, 29 Jumadil Awal tahun Be 1680, Pangeran Mangkubumi atau Sri Sultan Hamengku Buwono I memproklamirkan Hadeging Nagari Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat di Pesanggrahan Garjitowati," kata dia, pada 9 Maret 2024.

ADINDA ALYA IZDIHAR  | PRIBADI WICAKSONO

Pilihan Editor: Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-Usul Nama Yogyakarta

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Trah Hamengku Buwono se-Jabodetabek Gelar Syawalan, Hadirkan Budaya Yogyakarta

2 jam lalu

Acara halal bihalal syawalan Trah Hamengku Buwono se-Jabodetabek dilaksanakan di Diklat Kejaksaan Ragunan, Jakarta Selatan, Sabtu, 4 Mei 2024. Foto: Istimewa
Trah Hamengku Buwono se-Jabodetabek Gelar Syawalan, Hadirkan Budaya Yogyakarta

Trah Hamengku Buwono se-Jabodetabek menggelar syawalan, hadirkan Budaya Yogyakarta antara lain sendratari dan prajurit keraton Yogyakarta.


TPA Piyungan Yogya Ditutup Permanen, Ini Jurus Bantul Cegah Aksi Buang Sampah Sembarangan

5 jam lalu

Pengelolaan sampah organik di Dusun Petung Bantul Yogyakarta. Tempo/Pribadi Wicaksono
TPA Piyungan Yogya Ditutup Permanen, Ini Jurus Bantul Cegah Aksi Buang Sampah Sembarangan

Penutupan TPA Piyungan di Bantul ternyata membuka masalah baru, banyak warga membuang sampah sembarangan.


Halal Fair Digelar Akhir Pekan Ini di Yogyakarta, Pengunjung Langsung Membeludak

1 hari lalu

Pengunjung memadati event Halal Fair di Jogja Expo Center (JEC) yang digelar 3-5 Mei 2024. Tempo/Pribadi Wicaksono
Halal Fair Digelar Akhir Pekan Ini di Yogyakarta, Pengunjung Langsung Membeludak

Halal Fair 2024 menyajikan nuansa berwisata syariah bersama keluarga, digelar tiga hari di Jogja Expo Center Yogyakarta.


Yogyakarta International Airport Jadi Satu-satunya Bandara Internasional di DIY-Jateng, Ini Kata Sultan HB X

1 hari lalu

Yogyakarta International Airport atau bandara YIA di Kulon Progo. Dok. Istimewa
Yogyakarta International Airport Jadi Satu-satunya Bandara Internasional di DIY-Jateng, Ini Kata Sultan HB X

Yogyakarta International Airport sebagai satu-satunya bandara internasional di wilayah ini menjadi peluang besar bagi Yogyakarta.


Respons Sultan HB X soal Penjabat Kepala Daerah yang Ingin Maju di Pilkada 2024

2 hari lalu

Gubernur DIY Sri Sultan HB X . Tempo/Pribadi Wicaksono
Respons Sultan HB X soal Penjabat Kepala Daerah yang Ingin Maju di Pilkada 2024

Sejumlah partai telah merampungkan penjaringan kandidat untuk Pilkada 2024 di kabupaten/kota Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).


Jogja Fashion Week 2024 Bakal Libatkan 100 Produsen Fashion dan 112 Desainer

2 hari lalu

Perhelatan menyambut Jogja Fashion Week 2024 Kamis (2/5). Tempo/Pribadi Wicaksono
Jogja Fashion Week 2024 Bakal Libatkan 100 Produsen Fashion dan 112 Desainer

Puncak acara Jogja Fashion Week akan diadakan di Jogja Expo Center Yogyakarta pada 22 - 25 Agustus 2024.


Pilkada 2024, Golkar DIY Jaring 39 Bakal Calon Kepala Daerah

3 hari lalu

Logo Partai Golkar
Pilkada 2024, Golkar DIY Jaring 39 Bakal Calon Kepala Daerah

Partai Golkar DIY telah merampungkan penjaringan bakal calon kepala daerah untuk Pilkada 2024 di lima kabupaten/kota


Jajal Dua Jenis Paket Wisata Naik Kano Susuri Hutan Mangrove Bantul Yogyakarta

4 hari lalu

Spot wisata Kano Maritim Mangrove Baros di Bantul Yogyakarta. Dok. Pemda DIY
Jajal Dua Jenis Paket Wisata Naik Kano Susuri Hutan Mangrove Bantul Yogyakarta

Wisatawan diajak menjelajahi ekosistem sepanjang Sungai Winongo hingga muara Pantai Baros Samas Bantul yang kaya keanekaragaman hayati.


Cari Lobster di Pantai Gunungkidul, Warga Asal Lampung Jatuh ke Jurang dan Tewas

5 hari lalu

Proses evakuasi korban jatuh ke jurang di tebing Pantai Ngluwo Gunungkidul, Ahad, 28 April 2024 (Dok. Istimewa)
Cari Lobster di Pantai Gunungkidul, Warga Asal Lampung Jatuh ke Jurang dan Tewas

Masyarakat dan wisatawan diimbau berhati-hati ketika beraktivitas di sekitar tebing pantai Gunungkidul yang memiliki tebing curam.


Jogja Art Books Festival 2024 Dipusatkan di Kampoeng Mataraman Yogyakarta

5 hari lalu

Kampoeng Mataraman Yogyakarta. Dok. Istimewa
Jogja Art Books Festival 2024 Dipusatkan di Kampoeng Mataraman Yogyakarta

JAB Fest tahun ini kami mengusung delapan program untuk mempertemukan seni dengan literasi, digelar di Kampoeng Mataraman Yogyakarta.