TEMPO.CO, Bima - Penangkapan penjual es buah, Satrio alias Santoso, oleh Detasemen Khusus (Densus ) 88 Antiteror Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia mengejutkan warga di sekitarnya. Penangkapan pada Jumat sore, 18 Oktober 2013, di Jalan Soekarno-Hatta Kota Bima berlangsung cepat.
"Tiba tiba ada orang turun dari mobil dan dua buah sepeda motor bawa senjata pakai baju warna hitam-hitam," kata Ali, tukang parkir kantor BRI Unit Raba, yang jaraknya hanya beberapa meter dari lokasi penangkapan.
Sejumlah saksi mata di lokasi penangkapan menuturkan bahwa penangkapan terduga teroris itu berlangsung tak sampai 5 menit. "Mereka turun dari mobil dan langsung tutup kepalanya dan mulutnya pakai Lakban," kata Ali kepada Tempo, Jumat, 18 Oktober 2013.
Namun, sebelum penangkapan, ia melihat ada dua sepeda motor parkir di dekat penjual es buah itu. Mereka pun hanya duduk di atas motor yang semuanya disejajarkan menghadap utara.
Warga sekitar pun tak curiga. Sebab, tidak ada satu pun anggota Densus yang mengenakan seragam. "Juga tak satu pun yang tampak membawa senjata," kata dia.
Saat penangkapan itu, kata Ali, ada sekitar delapan petugas yang mengawal dengan berpakaian preman. Satrio lantas dipaksa rebah dan tak melakukan perlawanan. Baru kemudian sejumlah warga, khususnya para tukang parkir, mulai mendekat untuk melihat peristiwa itu.
Warga melihat Satrio ditutupi kepalanya dengan posisi berdiri dan tangan terikat. "Langsung dimasukkan Kijang Innova warna coklat berpelat B, habis itu suasana sepi lagi," kata Ali.
AKHYAR M NUR
Terpopuler
Bahas Dinasti Atut, Mengapa ICW Tak Hadir di TVOne
Karni Ilyas: Jawara Boleh Hadir, Tapi Jadi Tamu
Siswa SMA Membuat Alat Pendeteksi Banjir
Dituding SBY Bohong, Luthfi Hasan Cuma Senyum
Andi Mallarangeng Ditahan KPK
Sultan Bakal Gunakan BMW X5 untuk Blusukan