G30S dan Cerita Komnas HAM Advokasi Korban 1965

Reporter

Kamis, 1 Oktober 2015 21:45 WIB

Korban pelanggaran HAM tahun 1965/66 melakukan aksi di pelataran gedung Komnas HAM, Jakarta Pusat, Senin (4/6). ANTARA/Fanny Octavianus

TEMPO.CO, Jakarta - Komisioner Hak Asasi Manusia Imdadun Rahmat menyatakan pemerintah dan masyarakat tak perlu khawatir dengan bangkitnya paham komunisme di Indonesia. Terutama dari kegiatan advokasi komisi ini terhadap tragedi kemanusiaan 1965, karena mereka ingin memperjuangkan keadilan dan hak politik sebagai warga negara.


“Komnas HAM ini kan tidak mengadvokasi PKI, partainya, tetapi para korban yang telah mengalami pembunuhan , pemerkosaan, penghilangan, penculikan, pemenjaraan tanpa pengadilan,” ujar Imdadun usai bedah buku Nasib Para Sukarnois, Kisah Penculikan Gubernur Bali, Sutedja, 1966 di Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia, Kamis, 1 Oktober 2015. “Mereka tidak mendapat proses hokum yang jelas tapi sudah mendapat hukuman yang tidak adil.”


Pernyataan Imdadun ini menanggapi munculnya wacana penyelesaian masalah tragedy 1965 dan permintaan maaf ini akan membangkitkan paham komunisme di Indonesia. Menurutnya hal ini merupakan dua hal yang berbeda. “Jangan dicampur-campur, ini kan pengalihan isu,” ujarnya.


Menurutnya soal komunisme, pemerintah sudah mempunyai cara dan kegiatan untuk menangkal ideologi tersebut jika memang tidak sesuai dengan bangsa Indoensia.


Menurut Imdadun selama ini Komisi sudah mendorong penyelesaian masalah ini melalui berbagai upaya. Komisi juga telah bertemu berbagai pihak dan mendapat sinyal positif komitmen penyelesaian masalah ini. Dia berharap komitmen ini masih dipegang, terutama Kementerian Polhukham dan TNI secara institusi tetap konsisten memegang kesepakatan dalam pertemuan dengan komisi ini sebelumnya. Namun jika muncul berbagai wacana yang simpang siur akan mengendorkan lagi komitmen penyelesaian tersebut.


Advertising
Advertising

Komisi ini juga menawarkan penyelesaian dengan format pernyataan penyesalan dan rekonsiliasi dari pemerintah. Penyesalan yang dimaksud yakni penyesalan atas terjadinya pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan secara sistemik oleh aparatnya, kegagalan pemerintah memenuhi keselamatan warga negaranya. Alternatif yang ditawarkan ini, kata Imdadun, merupakan tawaran yang paling moderat.. “Itu yang paling lunak, jalan yang paling ngalah, kalau negara masih menawar lagi ya kebangetan” ujarnya.


Tentang format dan cara pengungkapan penyesalan lalu rekonsiliasi ini, kata Imdadun bisa dibicarakan lebih lanjut. Pemerintah bisa mengundang para ahli untuk mencari cara yang tepat untuk penyelesaian ini. “Yang penting jangan berhenti, jangan mandeg.”


Dia juga berharap masyarakat memberikan dorongan untuk penyelesaian masalah ini, tidak hanya bergantung pada pemerintah atau presiden. Imdadun mengkhawatirkan presiden tidak percaya diri karena ada pihak-pihak yang tidak suka dan menghambat proses penyelesaian ini.


Komisi ini juga telah mempunyai peta jalan penyelesaian yang ditargetkan selesai dalam tiga tahun mendatang. Menurutnya penyelesaian dengan cara ini bermanfaat bagi semua pihak, baik korban atau pelaku maupun generasi mendatang. Karena semua akan terbebas dari masa lalu yang selalu muncul. “Kalau terus dihantui masa lalu, kapan akan menata kehidupan . Memang tidak mengenakkan, apalagi kalau ada pengadilan lebih tidak mengenakkan.”DIAN YULIASTUTI

Berita terkait

10 Desember Hari Hak Asasi Manusia Sedunia, Ini Isi Deklarasinya

10 Desember 2023

10 Desember Hari Hak Asasi Manusia Sedunia, Ini Isi Deklarasinya

Peringatan Hari Hak Asasi Manusia Sedunia ke-75 menghadirkan tema dan konsep berbeda di Indonesia, berikut ini tema dan isi deklarasinya.

Baca Selengkapnya

4 Prajurit Kostrad Gugur di Distrik Paro Nduga Papua, Ini Profil Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat

29 November 2023

4 Prajurit Kostrad Gugur di Distrik Paro Nduga Papua, Ini Profil Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat

Kostrad merupakan salah satu pasukan elit yang dimiliki TNI AD. Begini sejarah pasukan ini.

Baca Selengkapnya

Surat Cinta Bung Karno untuk Ratna Sari Dewi, Berikut Profil Istri Sukarno Bernama Asli Naoko Nemoto

20 November 2023

Surat Cinta Bung Karno untuk Ratna Sari Dewi, Berikut Profil Istri Sukarno Bernama Asli Naoko Nemoto

ANRI kumpulkan 300 arsip Sukarno, di antaranya surat cinta untuk Naoko Nemoto atau Ratna Sari Dewi. Ini profilnya.

Baca Selengkapnya

Sejak Kapan Film Pengkhianatan G30S/PKI Tak Lagi Wajib Tayang dan Tonton?

30 September 2023

Sejak Kapan Film Pengkhianatan G30S/PKI Tak Lagi Wajib Tayang dan Tonton?

Film Pengkhianatan G30S/PKI pernah menjadi film wajib tayang dan tonton bagi siswa seluruh Indonesia. Sejak kapan tak lagi diwajibkan?

Baca Selengkapnya

Berikut Sikap Pemerintah Terhadap Korban Pasca G30S 1965

30 September 2023

Berikut Sikap Pemerintah Terhadap Korban Pasca G30S 1965

Begini sikap pemerintah terhadap korban pasca G30S 1965. Mahfud Md dan Menkumham Yasonna Laoly memberikan peluang repatriasi.

Baca Selengkapnya

Dokumen Gilchrist Versi Keterlibatan Intelijen Asing dalam Peristiwa G30S 1965

29 September 2023

Dokumen Gilchrist Versi Keterlibatan Intelijen Asing dalam Peristiwa G30S 1965

Berbagai versi muncul menjadi latar terjadinya peristiwa G30S yang masa orde disebut G30S/PKI. Salah satunya adanya dokumen Gilchrist. Apa isinya?

Baca Selengkapnya

Pasukan Tengkorak Kostrad Dipercaya Atasi KKB Papua, Begini Pasukan Elite Ini Beraksi

9 Maret 2023

Pasukan Tengkorak Kostrad Dipercaya Atasi KKB Papua, Begini Pasukan Elite Ini Beraksi

Kostrad mempercayakan Pasukan Tengkorak untuk menangani Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Papua. Berikut profil salah satu pasukan elite TNI itu.

Baca Selengkapnya

Penumpasan G30S: Jejak Sarwo Edhie Wibowo Sang Komandan RPKAD

4 Oktober 2022

Penumpasan G30S: Jejak Sarwo Edhie Wibowo Sang Komandan RPKAD

Sarwo Edhie dan pasukannya bertugas menumpas kelompok G30S dan Partai Komunis Indonesia (PKI) yang saat itu dianggap bertanggung jawab terhadap G30S.

Baca Selengkapnya

Cerita Prajurit RPKAD Temukan Sumur di Lubang Buaya Tempat Jasad 6 Jenderal Korban G30S

3 Oktober 2022

Cerita Prajurit RPKAD Temukan Sumur di Lubang Buaya Tempat Jasad 6 Jenderal Korban G30S

Hari ini 57 tahun silam, pasca G30S, personel RPKAD menemukan sebuah sumur tua di Lubang Buaya area Halim tempat 6 jasa jenderal dan 1 kapten.

Baca Selengkapnya

Menapaki Jejak Keterlibatan CIA dalam G30S

2 Oktober 2022

Menapaki Jejak Keterlibatan CIA dalam G30S

David T. Johnson, dalam bukunya mengungkapkan bahwa Amerika Serikat, melalui tangan-tangan CIA, turut terlibat dalam G30S pada 30 September 1965.

Baca Selengkapnya