Dari Tesis, Lian Gogali Bangun Sekolah di Poso  

Reporter

Rabu, 21 Agustus 2013 14:24 WIB

Pendiri sekolah perempuan untuk ibu-ibu korban konflik di Poso, Lian Gogali saat diskusi bersama ibu-ibu di pantai Imbo, Madale, Poso Utara, Sulawesi tengah, (24/7). Tempo/Aditia Noviansyah

TEMPO.CO, Jakarta - Sekolah Perempuan Mosintuwu yang didirikan Lian Gogali tak hanya merekatkan hubungan Muslim-Kristen di Poso, tapi juga menanamkan kesadaran gender. Seorang ibu menceritakan bahwa dirinya sering mengalami kekerasan dari sang suami. Sejak aktif di Sekolah Perempuan, ibu tersebut berhasil menyadarkan suaminya. Selain itu, si ibu menjadi pintar membuat kue dan mengerti cara bercocok tanam secara organik.

Ada delapan “mata pelajaran” di Sekolah Perempuan itu. Semuanya dititikberatkan pada agama, toleransi, dan perdamaian. Pelajaran tak hanya dipraktekkan di kelas, tapi juga dengan berkunjung ke masjid dan ke gereja. “Kami ingin mengurai kesalahan penafsiran yang terjadi selama ini bahwa Islam seolah-olah mengajarkan membunuh, dan orang Kristen punya tiga Tuhan,” kata Lian. (Baca: Begini Lian Gogali Meredam Konflik Agama di Poso)

Peran program membaca buku dan perpustakaan keliling Project Sophia tak kecil. Menurut Lian, Project Sophia, mencuil nama putri tunggalnya, Sophia Ava Choirunissa Gogali, 5 tahun, yang bertujuan memulihkan trauma anak-anak korban konflik. Mobil yang mengangkut buku-buku itu berkeliling ke 24 desa di Poso.

Upaya Lian mendampingi para korban konflik berawal dari perasaan “berutang” kepada ibu-ibu yang diwawancarainya saat penelitian untuk tesis kuliahnya di Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Tesis itu bertajuk “Politik Ingatan Perempuan dan Anak dalam Konflik Poso”. (Baca: Lian Gogali Ubah Trauma Jadi Agen Perdamaian)

Seorang ibu di lokasi pengungsian Silanca, Kecamatan Lage, bertanya kepada Lian. “Apa yang terjadi pada kami setelah Lian pergi?” Lian tidak sanggup menjawab. Dia malah sulit tidur memikirkan pertanyaan itu. Pada 2007, dia kembali ke Poso dan menetap di Pamona. Aktif di Asian Muslim Action Network dan Poso Center, kemudian pada 2009 Lian mendirikan Sekolah Perempuan Mosintuwu untuk kaum wanita lintas agama. “Saya bisa mendapat master karena mereka.”

Lian sebenarnya juga bagian dari korban konflik Poso. Ketika kekerasan di Poso pecah dan membakar rumahnya, Lian tengah menempuh pendidikan sarjana di Universitas Kristen Duta Wacana, Yogyakarta. Akibatnya, kecamuk pada 1997 itu membuat kiriman uang dari Poso macet total. “Saya pernah menjadi pembantu rumah tangga,” katanya.

Melalui sekolah itulah para ibu mulai menjadi agen pencegah konflik. Jika ada isu yang menjurus pada kerusuhan, mereka segera berkomunikasi melalui telepon. “Kalau sudah mulai orang berkumpul, saya sampaikan itu hanya isu,” kata Asni Yati Hamidi, 32 tahun, pemeluk agama Islam dari DesaTangkura, Poso Pesisir Selatan. (Baca: Inilah Lima Tokoh yang Merekatkan Indonesia)

STEFANUS TEGUH EDI PRAMONO

Berita Lainnya:
Subki Sasaki Tak Takut Bela Ahmadiyah
Subki Sasaki, Tuan Guru Oasis Minoritas
Begini Lian Gogali Meredam Konflik Agama di Poso
Begini Cara Lima Tokoh Perekat Republik Dipilih
Lian Gogali, Perempuan di Garis Depan Poso
Inilah Lima Tokoh yang Merekatkan Indonesia

Berita terkait

Pemerintah Merasa Toleransi dan Kebebasan Beragama di Indonesia Berjalan Baik

4 hari lalu

Pemerintah Merasa Toleransi dan Kebebasan Beragama di Indonesia Berjalan Baik

Kemenkumham mengklaim Indonesia telah menerapkan toleransi dan kebebasan beragama dengan baik.

Baca Selengkapnya

Miniatur Toleransi dari Tapanuli Utara

37 hari lalu

Miniatur Toleransi dari Tapanuli Utara

Bupati Nikson Nababan berhasil membangun kerukunan dan persatuan antarumat beragama. Menjadi percontohan toleransi.

Baca Selengkapnya

Indonesia Angkat Isu Literasi Keagamaan Lintas Budaya di Sidang Dewan HAM PBB

53 hari lalu

Indonesia Angkat Isu Literasi Keagamaan Lintas Budaya di Sidang Dewan HAM PBB

Isu tersebut dinggap penting diangkat di sidang Dewan HAM PBB untuk mengatasi segala bentuk intoleransi dan prasangka beragama di dunia.

Baca Selengkapnya

Asal-usul Hari Toleransi Internasional yang Diperingati 16 November

16 November 2023

Asal-usul Hari Toleransi Internasional yang Diperingati 16 November

Setiap 16 November diperingati sebagai Hari Toleransi Internasional.

Baca Selengkapnya

Terkini Metro: Pangdam Jaya Ajak Remaja Masjid Jaga Toleransi, BMKG Minta Warga Depok Waspada Kekeringan

18 Juni 2023

Terkini Metro: Pangdam Jaya Ajak Remaja Masjid Jaga Toleransi, BMKG Minta Warga Depok Waspada Kekeringan

Kepada remaja masjid, Pangdam Jaya mengatakan pluralisme sebagai modal kuat dalam bekerja sama untuk menjaga persaudaraan dan kedamaian di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Mas Dhito Puji Toleransi Umat Beragama Desa Kalipang

24 Mei 2023

Mas Dhito Puji Toleransi Umat Beragama Desa Kalipang

Berbudaya itu, bagaimana budaya toleransi beragama, menghargai umat beragama lain, budaya tolong menolong.

Baca Selengkapnya

Ngabuburit di Tepi Danau Jakabaring Sambil Lihat Simbol Toleransi Beragama

1 April 2023

Ngabuburit di Tepi Danau Jakabaring Sambil Lihat Simbol Toleransi Beragama

Di akhir pekan atau hari libur nasional, Jakabaring Sport City menjadi pilihan destinasi liburan dalam kota yang seru.

Baca Selengkapnya

Ketua MPR Ajak Junjung Tinggi Nilai Toleransi Agama

16 Februari 2023

Ketua MPR Ajak Junjung Tinggi Nilai Toleransi Agama

Indeks perdamaian global terus memburuk dan mengalami penurunan hingga 3,2 persen selama kurun waktu 14 tahun terakhir.

Baca Selengkapnya

Bamsoet: MPR dan MUI Siap Gelar Sosialisi Empat Pilar MPR

2 Februari 2023

Bamsoet: MPR dan MUI Siap Gelar Sosialisi Empat Pilar MPR

Sosialisasi itu akan mengangkat tema seputar peran organisasi keagamaan dalam menjaga kerukunan dan kondusivitas bangsa.

Baca Selengkapnya

Wakil Kepala BPIP Dorong Pemkab Klaten dan FKUB Raih Penghargaan

16 November 2022

Wakil Kepala BPIP Dorong Pemkab Klaten dan FKUB Raih Penghargaan

Klaten disebut sebagai miniaturnya Indonesia. Di tengah keberagaman agama tetap memiliki keharmonisan, persatuan dan kesatuan.

Baca Selengkapnya