TEMPO.CO, Kebumen - Detasemen Khusus 88 Antiteror beserta aparat lainnya melumpuhkan tujuh terduga teroris yang bersembunyi di sebuah rumah di Desa Ungaran Kecamatan Kutowinangun Kebumen. Penggerebekan dilakukan selama lima belas jam dengan aksi baku tembak antara polisi dan penghuni rumah.
"Tiga tewas karena mereka melawan dari dalam rumah," kata Kepala Kepolisian Resor Kebumen, Ajun Komisaris Besar Heru Tris Sasono, usai penggerebekan, Kamis, 9 Mei 2013.
Ia mengatakan, polisi sudah berulangkali meminta terduga teroris agar menyerahkan diri, namun tak digubris. Dari tujuh orang, empat di antaranya selamat. Satu orang mengalami luka tembak di bagian paha atas sebelah kiri.
Heru menambahkan, operasi penggerebekan dimulai pukul 18.00, Rabu petang. Operasi baru berakhir pada pukul 09.00 pagi tadi.
Dari rumah itu, kata dia, polisi menemukan dua bom pipa, sebuah granat dan satu senjata api jenis FN. Saat ini polisi masih melakukan olah tempat kejadian perkara. "Kalau soal identitas dan jaringan siapa, itu masih dalam penyelidikan Densus 88," katanya.
Empat terduga teroris dan tiga jenazah selanjutnya dibawa ke Jakarta menggunakan jalur darat melalui Pantura. Pengawalan dilakukan secara ketat oleh aparat kepolisian.
Berdasarkan pengamatan Tempo, upaya menangkap terduga teroris itu cukup alot. Rentetan senjata semi otomatis terdengar dari jarak 100 meter, tempat para jurnalis meliput.
Dentuman suara keras mirip bom juga lima kali terdengar. Penduduk yang ingin melihat proses penggerebekan itu terlihat kaget.
Sekitar pukul 07.00, tim Gegana dengan peralatan lengkap menuju lokasi. Sejurus kemudian, bunyi ledakan bom pun terdengar dari kejauhan.
Wahyuningsih, salah satu warga yang rumahnya dekat dengan kontrakan itu mengatakan, rumah kontrakan itu milik almarhum Suswandi yang dikelola Mariyatun, warga RT 01 RW 02 desa tersebut baru disewa sepekan lalu. "Ada dua orang mengendarai sepeda motor dan mencari kontrakan," katanya.
Setelah menghuni kontrakan itu, sepeda motor bertambah satu lagi. Hanya saja, kata dia, penghuninya tak pernah menampakan diri. "Mereka tertutup," katanya. Kepadanya, penghuni kontrakan mengaku sebagai penjual jamu.
ARIS ANDRIANTO