TEMPO.CO, Jakarta - Detasemen Khusus 88 Antiteror Kepolisian RI mempelajari rekaman dari kamera closed-circuit television (CCTV) toko serba ada Borma, Padalarang, Kabupaten Bandung Barat, untuk mengidentifikasi pembeli panci yang digunakan sebagai bahan bom di Terminal Kampung Melayu. “Disita oleh Densus,” kata Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Kepolisian Daerah Jawa Barat, Komisaris Besar Yusri, Minggu 28 Mei 2017.
Kepala Bagian Penerangan Umum Polri, Komisaris Besar Martinus Sitompul, membenarkan hal itu. Namun dia belum dapat mempublikasikan isi rekaman maupun hasil penyelidikan. “Hari Rabu akan dirilis lengkap,” kata Martinus, Ahad kemarin.
Pembelian pressure cooker tersebut diketahui dari kuitansi di saku seorang pelaku yang meledakkan bom panci di Terminal Kampung Melayu, Rabu malam 24 Mei 2017 lalu. Polri memastikan bom bunuh diri itu dilakukan Ahmad Sukri dan Ichwan Nurul Salam. Akibat ledakan tersebut, tiga anggota Sabhara Polda Metro Jaya tewas. Sebanyak 11 orang lainnya—enam di antaranya anggota kepolisian—terluka dan hingga kini masih dalam perawatan intensif. (Baca: Tito Karnavian: Bom Kampung Melayu Mirip Bom Maraton Boston 2013)
Pada kuitansi tersebut diperoleh informasi bahwa panci dibeli pada Senin 22 Mei 2017 lalu, dua hari sebelum teror, pukul 21.00 dari sebuah pasar swalayan di Padalarang. Sumber Tempo mengungkapkan, panci itu dibeli di Borma. Tempo mendatangi toko tersebut pada Sabtu lalu. Terletak di pinggir Jalan Raya Padalarang tidak jauh dari pintu tol, toko itu menjual berbagai kebutuhan rumah tangga, termasuk peralatan dapur. Model panci yang tersedia pun beragam.
Seorang anggota satuan pengamanan Borma Padalarang yang enggan disebut namanya mengungkapkan, penyitaan dilakukan pada Jumat lalu. Menurut dia, dalam rekaman kamera CCTV, sosok pembeli panci yang dicari polisi terlihat cukup jelas. "Yang kelihatan hanya di kasir. Kalau tidak salah ada dua orang," kata dia, tak dapat memastikan pembeli yang ia maksudkan adalah Ichwan Nurul Salam dan Ahmad Sukri.
Sabtu 27 Mei 2017 lalu, kepolisian melanjutkan pengejaran terhadap sejumlah orang yang diduga terlibat dalam teror bom Kampung Melayu. Densus menangkap seseorang berinisial K bersama R saat keduanya berboncengan dengan sepeda motor di Cibubur. Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Polri, Inspektur Jenderal Setyo Wasisto, mengatakan keduanya diduga berhubungan dengan Ahmad Sukri. “Kedua orang yang dicurigai jaringan teroris itu sempat menyerahkan sesuatu kepada AS sehari sebelum terjadi peristiwa ledakan bom,” kata Setyo. (Baca: 9 Fakta Teror Bom Kampung Melayu)
Hingga kemarin, kedua orang tersebut masih diperiksa di Markas Korps Brimob Polri di Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat. Polisi menyita sejumlah barang, antara lain dua unit telepon seluler, dompet, kartu anjungan tunai mandiri, buku pemilik kendaraan bermotor, dan uang tunai Rp 1,8 juta.
Penangkapan K dan R menambah panjang daftar sejumlah orang yang diciduk Densus pasca-bom Kampung Melayu. Jumat lalu, Densus menangkap Jajang Iqin Sodikin, Waris Suyitno, dan Asep alias Abu Dafa. Mereka diduga tergabung dalam Jamaah Ansharut Daulah (JAD) Bandung.
Kepala Polri Jenderal Tito Karnavian mengatakan, Ichwan dan Sukri adalah anggota JAD Bandung. Kelompok pimpinan Aman Abdurrahman ini, kata Tito, ditengarai kembali berupaya menebar teror sebagai balas dendam atas tertangkapnya Zaenal Anshori pada April lalu. Menurut Tito, Anshori dicurigai mendapat amanat dari Aman Abdurrahman sebagai pemimpin baru JAD. (Baca: Bom Kampung Melayu, Begini Jejak Terkait dengan Aksi Teror JAD)
Pengamat terorisme, Al Chaidar, mengatakan Jawa Barat memang merupakan daerah dengan anggota JAD terbanyak dari 17 titik penyebaran jaringan tersebut di Indonesia. “Sejak 2015 jumlah mereka terbanyak ada di Bandung. Sebelumnya ada di Purwakarta,” ujarnya.
IQBAL T. LAZUARDI S. | IRSYAN HASYIM | MITRA TARIGAN
Video Terkait: Polisi Geledah Rumah Terduga Pelaku Bom Kampung Melayu di Bandung