TEMPO.CO, Surabaya – Kementerian Pertahanan Filipina mengakui keandalan kapal perang jenis strategic sealift vessel (SSV) buatan PT Penataran Angkatan Laut (PAL) Indonesia (Persero). Pejabat militer Filipina yang hadir pada saat acara pelepasan kapal SSV kedua tersebut menyatakan puas.
“Kami sangat puas dan yang paling penting adalah operasional pengirimannya. PT PAL sangat menjaga semua bagian platform dan menggaransi semuanya,” kata Wakil Menteri Pertahanan Bidang Kebijakan Pertahanan Filipina Ricardo David Jr kepada Tempo seusai acara di kantor PT PAL, Selasa, 2 Mei 2017.
Baca juga: PT PAL Selesaikan Kapal Perang Kedua Pesanan Filipina
Ricardo menyebutkan kapal pertama pesanannya, BRP Tarlac, berkualitas baik. Kapal SSV, yang dikirim pada 8 Mei 2016, itu kini digunakan secara khusus untuk keperluan bantuan kemanusiaan dan bencana. Angkatan Laut Filipina mengoperasikannya untuk melawan terorisme di perbatasan barat atau area perairan Mindanao. “Kapal itu bisa membawa banyak pasukan, juga bisa menjadi rumah sakit. Jadi, multifungsi,” ucapnya.
Pihaknya belum memastikan apakah akan kembali memesan kapal perang produksi PT PAL. Sebab, Kementerian Pertahanan Filipina belum merumuskan keperluan armada militernya ke depan. Ditambah lagi, negeri jiran itu memiliki proses pengadaan barang yang berbeda. “Saya pikir negara kami dan Indonesia dapat merancangnya.”
Meski begitu, Ricardo yakin selanjutnya PT PAL mampu memenangi lelang di negara lain setelah memenuhi pemesanan dari negaranya. Menurut dia, perseroan selalu punya penawaran yang bagus dan membuktikan diri menjadi penyuplai kapal yang bagus. “Kami pun berharap pelayanan purnajualnya dapat dilakukan dengan baik pula,” tuturnya.
Simak pula: Kena OTT, PT PAL Selesaikan Pesanan Filipina 2 Bulan Lebih Cepat
Sementara itu, Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu mengakui sejumlah negara tertarik pada produk perang buatan bangsa Indonesia, termasuk PT PAL. “Untuk kapal perang, masih ke beberapa negara seperti Filipina. Namun, untuk senjata dan segala macam, ada juga ke negara-negara Arab,” tuturnya.
Direktur Utama PT PAL Indonesia (Persero) Budiman Saleh menambahkan, Malaysia telah menyatakan ketertarikannya terhadap kapal perang serupa. “Saat pameran Aerospace and Naval Defense di Langkawi, mereka sangat tertarik pada kapal sejenis SSV ini untuk Tentera Laut Diraja mereka,” ujarnya.
Kapal perang yang dinamai Davao Del Sur itu memiliki spesifikasi tak jauh berbeda dengan kapal perang pertama, yakni panjang 123 meter dan lebar 21 meter. Mampu menampung 621 penumpang, ia bisa bertahan di lautan selama 30 hari dengan bobot maksimal 7.200 ton dengan memiliki kecepatan 16 knots dan mesin pendorong 2 x 2,920 kilowatt.
Lihat juga: PT PAL Akui Gunakan Jasa Agen dalam Penjualan Kapal ke Filipina
Proyek dua kapal ekspor senilai US$ 86,96 juta atau Rp 1,1 triliun tersebut sempat terjerat kasus korupsi. Tiga bekas pejabat PT PAL terjaring Operasi Tangkap Tangan (OTT) oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) awal April lalu lantaran menerima suap berkisar Rp 14,4 miliar. Dana itu merupakan kick back dari commitment fee Ashanti Sales Incorporated, perusahaan perantara, untuk penjualan dua kapal ekspor tersebut.
ARTIKA RACHMI FARMITA