TEMPO.CO, Yogyakarta - Sebanyak 200-an alat musik tradisional atau etnik koleksi dari 34 museum negeri yang tersebar di 27 provinsi di Indonesia dipamerkan di Museum Sonobudoyo Yogyakarta sejak 26-28 April 2017. Pameran Alat Musik Tradisional Nusantara 2017 yang mengangkat tema Sounding The Diverse Colletivities itu memamerkan alat-alat musik khas daerah, termasuk yang sudah langka.
“Apalagi beberapa alat music tradisional Indonesia ada yang masuk intangible culture yang diakui Unesco,” kata Direktur Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman Harry Widianto saat pembukaan pameran di halaman Museum Sonobudoyo Yogyakarta, Rabu, 26 April 2017.
Baca juga:
Yogyakarta Gelar Festival Wayang Topeng
Beberapa alat music yang dimaksud adalah angklung dan gamelan. Bahkan menjelang pembukaan, peserta pameran diajak berlatih music angklung. Dalam waktu hanya sekitar 15 menit, para peserta bisa menyanyikan sejumlah lagu, seperti Cucak Rowo, Kasih Ibu, juga We Are The World secara bersama-sama.
“Karena ciri alat music masuk kategori kebudayaan tak benda adalah dimainkan. Bukan didiamkan,” kata Harry.
Baca Juga:
Kepala Museum Sonobudoyo Riharyani menambahkan, ada dua koleksi gamelan langka yang ikut dipamerkan dalam pameran tersebut. Yaitu Gamelan Mega Mendung dari Kasultanan Cirebon pada abad 19 yang dikoleksi Museum Sonobudaya karena peninggalan Java Institute. Kemudian Gamelan Nyai Riris Manis peninggalan Sultan Hamengku Buwono VI saat maasih bertahta sebagai Raja Kasultanan Yogyakarta. “Dua perangkat gamelan itu masterpiece,” kata Riharyani.
Ada pula alat music rinding dari bamboo yang meupakan alat music tradisonal khas dari Gunung Kidul. Juga alat musik bundengan khas Wonosobo yang juga sudah jarang dimainkan. Sedangkan sejumlah alat music tradisonal lainnya antara lain dari museum di Papua, Maluku, NTB, NTT. Kalimantan Barat, Sumatera Utara, Aceh, juga Museum Nasional Jakarta.
Menurut curator pameran Ons Untoro, alat-alat music yang langka tersebut ikut dipamerkan karena untuk menunjukkan kepada publik tentang keberadaan alat-alat music yang popular pada zamannya. “Dan ternyata alat-alat musi itu terus mengalami perubahan. Kami ingin tunjukkan itu,” kata Ons.
Dengan melibatkan banyak museum dari berbagai daerah di Indonesia, menurut Ons, sekaligus juga menunjukkan alat-alat music koleksi museum tersebut tidak selalu berasal dari daerah di mana museum itu berada. Seperti Gamelan Mega Mendung yang berasal dari Cirebon, tetapi dikoleksi di Yogyakarta. “Bisa jadi ada pertukaran cinderamata berupa alat music antar raja pada zaman itu,” kata Ons.
PITO AGUSTIN RUDIANA