TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Adhyaksa Dault berharap pemerintah lebih memperhatikan Gerakan Pramuka karena banyak hal positif yang lahir dari organisasi pendidikan nonformal bagi generasi muda.
“Kami tidak bisa berdiri sendiri maka mohon bantuan dari pemerintah. Dulu kami diperhatikan, tapi untuk kali ini harus lebih diperhatikan. Karena ini pembinaan generasi muda yang paling efektif, dari Sabang sampai Merauke mereka pakai syal merah putih,” kata Adhyaksa, Rabu, 22 Februari 2017.
Baca juga:
Adhyaksa: Baden Powell Wariskan Kemandirian dan Kreativitas
Pesan Jokowi untuk Anggota Pramuka
Adhyaksa menilai Pramuka sebagai wadah yang tepat untuk memupuk rasa cinta tanah air. Karena, lewat Pramuka setiap anggota akan berkumpul dari berbagai penjuru. Mereka diajarkan untuk saling mengenal, toleransi, dan tenggang rasa tanpa membedakan suku, ras, agama, dan antargolongan.
“Ini sarana pembelajaran toleran yang paling baik. Selain itu, kami tetap menanamkan nilai moral dan akhlak dalam setiap kegiatannya. Mau pakai generasi apalagi buat generasi muda kalau bukan dari pramuka?” tanyanya.
Pada 22-24 Februari 2017, berlangsung rapat kerja nasional Gerakan Pramuka 2017 di Taman Rekreasi Wiladatika, Cibubur, Jakarta Timur. Rapat tahunan ini dihadiri pengurus kwarnas dan pimpinan kwartir daerah seluruh Indonesia.
Simak juga:
Pramuka Harus Isi Celah Pendidikan di Keluarga dan Sekolah
Megawati Usul Kata Pramuka Jadi Praja Muda Karana
Tema Rakernas 2017 adalah ‘Satyaku, Kudharmakan, Dharmaku, Kubaktikan”. Dalam rapat tahunan ini, kata Adhyaksa, akan membawa pertanyaan bagaimana pramuka tetap eksis di tengah gempuran pengaruh budaya luar akibat globalisasi dan keterbukaan informasi.
Adhyaksa berharap Gerakan Pramuka bisa tetap memberikan kontribusi besar bagi kepemimpinan generasi muda. Dia menginginkan anggota pramuka menjadi pasukan cyber yang memberantas berita hoak. "Karena anggota pramuka Indonesia itu terbesar di dunia,” ujarnya.
LARISSA HUDA