TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo mengatakan proses terbentuknya organisasi masyarakat Gerakan Fajar Nusantara dimulai dari pertikaian antara Ahmad Mushadeq dan Panji Gumilang, keduanya merupakan anggota Negara Islam Indonesia.
Mushadeq mendirikan Al-Qiyadah al-Islamiah yang kemudian berubah menjadi Komunitas Millah Abraham (Komar) dan Panji Gumilang mendirikan Masyarakat Indonesia Membangun (MIM).
"Komar telah dicap MUI sebagai aliran sesat dan Ahmad Mushadeq dipidana selama empat tahun," kata Tjahjo melalui pesan singkat, Rabu, 13 Januari 2016.
Ormas Millah Abraham atau Millata Abraham ini, kata Tjahjo, kemudian berganti kulit menjadi Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) yang dipimpin Mahful Muis. Gafatar telah tiga kali mengajukan surat kepengurusan ke Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kementerian Dalam Negeri tapi selalu ditolak. Pada 5 April dan 30 November 2012, Direktur Jenderal Kesbangpol melarang Kesbangpol daerah untuk mengesahkan Gafatar.
"Dirjen juga meminta Kesbangpol daerah untuk terus mengawasi dan memantau Gafatar," katanya.
Namun, kata Tjahjo, dengan adanya putusan Mahkamah Konstitusi atas uji materi Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2013 menetapkan bahwa ormas tak perlu terdaftar di Kemendagri sehingga Kemendagri tak punya wewenang untuk membubarkan ormas sepanjang tak melakukan pelanggaran hukum. "Dari putusan inilah pemerintah tak bisa membubarkan Gafatar," katanya.
Meskipun begitu, Kemendagri, kata Tjahjo, menganggap Gafatar adalah aliran sesat sehingga bisa ditangani kejaksaan. Kemudian, kata Tjahjo, Gafatar juga telah melanggar UU Ormas di mana ormas harus menjaga, melestarikan etika, norma, dan budaya bangsa, serta persatuan. "Ini perlu dibahas lebih lanjut," kata Tjahjo.
Gafatar diperbincangkan setelah dikaitkan dengan hilangnya dokter Rica Tri Handayani di Yogyakarta sejak 30 Desember 2015. Dokter muda tersebut akhirnya ditemukan polisi di Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, dan dibawa kembali ke Yogyakarta pada Senin, 11 Januari 2016.
Di Surabaya, seorang mahasiswa bernama Eri Indra Kausar juga meninggalkan rumahnya di Jalan Suripto, Kenjeran, Surabaya, sejak empat bulan lalu. Dia sempat memberi kabar melalui pesan pendek kepada keluarganya bahwa ia ikut bergabung dengan Gafatar.
TIKA PRIMANDARI