TEMPO.CO, Jakarta - Rencana Irra Putri Adriani untuk melepas penat dari ingar-bingar Jakarta di kampung halamannya di Purworejo buyar sudah. Karyawati perusahaan swasta berusia 27 tahun ini terpaksa menelan kecewa lantaran waktunya meruap di jalan. “Saya menghabiskan 33 jam perjalanan,” kata Irra Putri kepada Tempo, Jumat, 25 Desember 2015.
Terletak di Jawa Tengah, Purworejo jamak ditempuh sekitar sepuluh jam dengan menggunakan mobil dari Bintaro, Jakarta. Di peta, jarak kedua kota tertulis 508 kilometer. Pada hari-hari lain, waktu tempuh sepuluh jam itu sudah termasuk melepas letih di rest area atau rumah makan untuk beberapa saat. Dalam perjalanan yang baru dialaminya, ia tak sempat tetirah. “Nanggung, takut macet tambah parah,” kata perempuan yang akrab disapa Uti ini.
Dari Bintaro, Uti berangkat ke Purworejo menumpang mobil abangnya, Eri, yang mengajak istrinya, Ana, dan seorang anaknya. Mereka berangkat pada Kamis, 24 Desember 2015, pukul 02.00 dinihari. Berangkat pada pagi-pagi buta, Uti berharap bisa menghindari macet. Ia sudah memprediksi lalu lintas bakal padat sebab, seperti tahun-tahun sebelumnya, banyak orang berencana menghabiskan libur panjang akhir pekan ini di luar Jakarta.
Perkiraannya keliru. Ketika hendak masuk jalan tol Jakarta Outer Ring Road (JORR), Eri yang duduk di belakang kemudi, mengurungkan niat setelah melihat mobil-mobil berjejer seperti parkir di tengah jalan. Rombongan Uti beralih menuju tol dalam kota. Malang tak dapat ditolak. “Ternyata ketika masuk tol dalam kota nggak gerak juga,” kata Uti.
Pukul 09.00 pagi, mobil mereka masih terjebak di Bekasi. Tujuh jam menempuh Jakarta-Bekasi, rombongan memutuskan untuk keluar jalur tol. Mereka keluar lewat Bekasi Timur menuju Jababeka. Jalur tersebut memang tidak terlalu padat, namun cukup menguras waktu karena jalannya asing. “Setelah itu, baru kami masuk tol arah Cirebon,” kata Uti.
Di Cirebon, mereka sempat bimbang. Antara meneruskan perjalanan lewat jalur Pantura atau lewat tol Kanci-Pejagan. Menganggap bahwa jalur Pantura bakal lebih tersendat, mereka memutuskan masuk tol Pejagan. Tak berapa lama, mereka terperangkap kemalangan kedua: delapan jam nyaris tak bergerak dari pukul 06.00 sore hingga pukul 02.00 pagi. “Macetnya benar-benar berhenti, nggak bergerak,” Uti menuturkan.
Keluar dari tol Pejagan di Brebes, kendaraan masih juga tidak bergerak. Untuk membunuh bosan, Uti dan penghuni mobil melakukan macam-macam aktivitas. Mulai dari bersenda gurau, makan, berbincang-bincang, mendengarkan musik, hingga tidur. Pada satu titik, kata Uti, mereka tidak tahu harus berbuat apa lagi untuk mengusir jenuh. “Sempat berpikir ingin putar balik ke Jakarta dan batal ke Purworejo karena jalan arah Jakarta cenderung kosong,” ujar Uti. “Tapi mau putar balik pun susah.”
Setelah melalui sekian kemacetan lagi, pada Jumat sekitar pukul 11.00 siang, mereka akhirnya sampai di Purworejo.
Perjalanan kali ini membuat pengeluaran keluarga itu melonjak. Biasanya, selama perjalanan dari Jakarta menuju Purworejo, mereka hanya cukup sekali isi bensin sebelum berangkat. Normalnya, isi penuh tanki cukup menghabiskan sekitar Rp 300 ribu. Gara-gara lalu lintas lumpuh, mereka harus merogoh kocek dalam-dalam.
Memang, biaya bensin tak melonjak banyak. Namun, saat terjebak macet, empat orang dalam mobil tersebut harus mengisi perut kosong. “Kira-kira kami habis sejuta untuk perjalanan ke Purworejo kali ini,” kata Uti.
Yang juga ia sesalkan: selama di perjalanan tak terlihat petugas mengatur lalu lintas. Kendaraan saling serobot mencari celah untuk lepas dari kemacetan. Dalam kondisi jumlah kendaraan membludak, pintu keluar tol hanya beberapa gerbang. “Karena saling serobot, jalan jadi tambah macet.”
Jasa Marga mencatat ada lebih dari 2,6 juta kendaraan lalu-lalang di jalan tol sejak 23 Desember lalu. Angka ini naik 14,07 persen ketimbang tahun lalu, yakni 2,3 juta kendaraan. Arus terbesar terdapat di gerbang tol Karang Tengah mengarah ke Merak, yaitu 1.171.438 kendaraan. Sementara volume kendaraan di tol Cikampek lebih dari 215 ribu, dan lebih dari 398 ribu kendaraan keluar-masuk melalui tol Cileunyi.
Jeri terperangkap jalan yang gencat, Uti mengurungkan niatnya untuk kembali ke Jakarta pada Ahad nanti. Badannya masih remuk setelah menghabiskan 33 jam di jalan. Ia berniat mengambil jatah cuti untuk memperpanjang liburnya. “Nggak mau macet-macetan lagi," ujarnya. "Kapok."
LARISSA HUDA