TEMPO.CO, Subang - Petani Subang, Jawa Barat, berhasil menyelamatkan ribuan hektare tanaman padi dari bencana kekeringan dengan sistem pompanisasi. "Hasil produksinya cukup bagus, lima sampai tujuh ton," kata Bupati Subang, Ojang Sohandi, usai panen raya tanaman padi gadu di Desa Kiarasari, Kamis, 3 September 2015.
Total areal sawah tadah hujan yang bisa diselamatkan dengan sistem pengairan pompanisasi batuan pemerintah mencapai 1.500 hektar. Ada pun jumlah mesin pompa 13 unit dengan kapasitas 1 pompa mengairi 200 hektare.
Khusus di Desa Kiarasari saja, Ojang menyebutkan, ada 1.000 hektare yang bisa diselamatkan dari ancaman puso dengan produksi rata-rata tujuh ton per hektare. "Jadi, produksi padi yang bisa dipanennya setara dengan Rp 4,5 miliar," ia menjelaskan. "Ini luar biasa."
Target produksi gabah kering giling (GKG) pada tahun 2105 sebanyak 1,6 juta ton dari target tersebut, yang sudah bisa direalisasikan sebanyak,1,4 juta ton. Ia mengaku tetap optimistis target produksi yang dipatok pemerintah pusat tersebut bisa tercapai.
Apalagi target 1,6 juta akan bisa terlampau jika janji pemerintah yang akan membangunkan sodetan Tarum Timur segera dapat diwujudkan. Sebab, jika sodetan sudah beroperasi akan ada 12 ribuan hektare sawah tadah hujan yang biasanya hanya bisa ditanam sekali akan menjadi sawah teknis yang bisa ditanami dua hingga tiga kali.
Potensi produksi GKG yang bisa diraup dari luas areal 12 ribu hektare tersebut dengan produksi rata-rata enam hingga tujuh ton per hektare dengan dua kali panen hasilnya sebanyak 120 ribu ton. "Jika konversikan dengan harga jual Rp 4.000 per kilogramnya, maka hasilnya Rp 600 miliar lebih," katanya.
Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Subang, Endang Sutarsa, menyebutkan, produksi GKG Subang hingga medio Agustus 2015 telah mencapai 600 ribu hektare. "Kami masih memiliki potensi produksi GKG hingga akhir Desember diatas 600 ribu ton lagi," ia menjelaskan. Ia optimistis, target produksi GKG tahun 2015 akan tercapai.
Menurut Endang, salah satu upaya mempertahankan dan menggenjot produksi GKG pada saat musim tanam gadu satu dan 2 selama berlangsungnya musim kemarau panjang, yakni dengan mengerahkan bantuan pompanisasi. "Baru saja kami menerima lagi 25 unit mesin pompa dari Kementan dengan kapasitas kemampuan mengairinya satu pompa 200 hektare," kata Endang menjelaskan.
Anang Suherman, petani sawah tadah hujan Desa Kiarasari, mengatakan, setelah menggunakan sistem pengairan pompanisasi sawahnya kini bisa ditanami dua kali setahun. "Sebelumnya paling banter satu kali," ujarnya. Produksi padinya pun meningkat jadi tujuh ton dari semula lima ton per hektare.
NANANG SUTISNA