TEMPO.CO, Pasuruan - Kebakaran hutan di kawasan Taman Hutan Raya (Tahura) Raden Soerjo, di kaki Gunung Welirang dan Arjuno, Malang-Pasuruan, Jawa Timur, terus berulang setiap kemarau datang. Selama sebulan terakhir terjadi dua kali kebakaran di tiga titik berbeda.
Kepala Seksi Tahura R. Soerjo Wilayah Pasuruan Gatot Sundoro mengatakan kebakaran pertama pada pertengahan September di kawasan Tumpangrejo Kecamatan Prigen, hutan seluas satu hektare ludes terbakar. "Selasa kemarin dua lokasi, 11 hektare hutan ludes," kata Gatot, Rabu, 16 Oktober 2013.
Semalaman, 25 orang gabungan dari petugas Tahura R. Soerjo dan warga sekitar hutan memadamkan api. Mereka berjalan selama dua jam lebih menuju lokasi yang berada di kaki Gunung Arjuna dengan kemiringan sekitar 45 derajat. Mereka menggunakan peralatan seadanya seperti gepyok (ranting-ranting yang diikat) untuk memadamkan api dan membuat sekat bakar. "Api berhasil dipadamkan jam 3 pagi," katanya.
Kebakaran diduga ulah pembuat arang yang mencuri pohon untuk pembuatan arang. Di sekitar kawasan Tahura R. Soerjo, ada sebanyak 30 warga yang berprofesi sebagai pembuat arang.
Mereka memotong pohon dan membuat arang di tengah hutan. Namun, petugas kesulitan menemukan pelaku pembakaran lantaran minim barang bukti dan tak pernah menangkap langsung pembuat arang. Dua tahun lalu, petugas menangkap seseorang yang mengendarai sepeda motor dengan mengangkut arang.
Saat pemeriksaan di kepolisian, penyidik kesulitan menyangkakan pelaku sebagai pelaku pembakaran hutan. Alasannya, tak ada saksi mata dan barang bukti. Apalagi, tersangka mengaku hanya berdagang arang sehingga pelaku lolos dari jeratan hukum. "Pelaku menandatangani surat pernyataan tak berdagang arang lagi," katanya.
Tahura R. Soerjo bekerja sama dengan polisi untuk menyelidiki dan menangkap tangan pelaku pembakaran hutan. Bahkan, sejak lima tahun lalu Gatot membuat sayembara bagi warga yang menangkap pelaku pembakaran hutan dengan hadiah gaji Rp 600 ribu sebulan. Namun, sampai saat ini tak ada yang berhasil mengungkap pelaku pembakar hutan.
Untuk meminimalisasi aktivitas pembuatan arang di kawasan Tahura R. Soerjo, dilakukan penyuluhan dan pembinaan. Namun, ia mengaku kesulitan mencari pekerjaan alternatif karena keahliannya hanya membuat arang. Untuk itu, diharapkan pembinaan dilakukan lintas sektor bekerja sama dengan institusi pemerintah dan swasta.
Langkah cepat menanggulangi kebakaran, katanya, bisa dilakukan dengan menutup aktivitas di sekitar kawasan Tahura R. Soerjo selama musim kemarau, baik untuk aktivitas warga, pendakian, maupun penelitian. Namun, penutupan harus berdasarkan keputusan Gubernur Jawa Timur.
Yayasan Kaliandra Sejati membina sejumlah pembuat arang di kawasan Tahura R. Soerjo. Mereka dilatih untuk bertani sayuran organik yang dipasok untuk kebutuhan supermarket di Jawa Timur. Hasilnya, warga lambat laun mulai meninggalkan aktivitas membuat arang dengan menjarah hutan. "Program hutan asuh juga melibatkan mereka," kata Forest Conservations Manager, Yayasan Kaliandra Sejati, Anton.
Hutan asuh merupakan program yang melibatkan perusahaan swasta untuk penghijauan kembali kawasan Tahura R. Soerjo dan Perum Perhutani. Perusahaan swasta membiayai seluruh program penghijauan mulai dari penanaman bibit hingga perawatan. Petani sekitar hutan atau pembuat arang dilibatkan dan diberi upah dari dana program perawatan tanaman hutan.
EKO WIDIANTO
Topik Terhangat
Ketua MK Ditangkap | Dinasti Banten | Setahun Jokowi-Ahok | Pembunuhan Holly Angela
Berita Terpopuler
Ada Cacing Hati di Sapi Jokowi
Istri Akil Mochtar Minta KPK Buka Rekeningnya
Jokowi: Lihat Saja Nanti Siapa yang Disembelih
Roy Suryo Larang Timnas U-19 Temui Politikus
Mau Blusukan, Sultan HB X Minta Mobil Baru