TEMPO.CO, Riau - Solidaritas wartawan Riau memutuskan untuk mengutus para korban pemukulan anggota TNI AU dan lintas organisasi wartawan Riau ke Jakarta. Pengiriman ini dimaksudkan untuk memberikan masukan kepada Dewan Pers, DPR RI, dan pihak terkait lainnya yang dianggap perlu.
"Kita sudah memutuskan untuk memberangkatkan para korban pemukulan dan sejumlah organisasi wartawan di Riau ke Jakarta. Ini sebagai bentuk tindak lanjut sejumlah aksi penentangan terhadap kekerasan jurnalis," ujar Syahnan Rangkuti, koordinator aksi solidaritas tersebut, Jumat, 19 Oktober 2012, di Pekanbaru.
Menurut Syahnan, pihaknya ingin agar masukan yang diberikan kepada Dewan Pers dan DPR RI tidak bias, apa adanya, dan langsung oleh para korban. Pertemuan juga hendaknya diikuti oleh Dewan Pers dan organisasi wartawan. "Meski Komisi I DPR RI sudah ke Pekanbaru dan menyimpulkan tetap adanya penegakan hukum, kita juga akan memberikan masukan kepada Dewan Pers dan pihak terkait lainnya tentang kejadian itu," kata dia.
Dalam rapat yang digelar di kantor Persatuan Wartawan Indonesia, Jalan Sumatera, Pekanbaru, siang ini, beberapa kesepakatan sudah disetujui oleh sekitar 50 wartawan dari berbagai media dan organisasi wartawan. Rapat masih berlangsung untuk membicarakan teknis keberangkatan.
"Intinya, kita berharap Dewan Pers, DPR RI, dan pihak TNI mengeluarkan semacam standar operasional saat ada kejadian seperti ini yang menyangkut militer, tanpa harus bertentangan dengan UU Pokok Pers dan kode etik," kata Syahnan, yang juga wartawan Kompas.
Di tempat yang sama, sejumlah korban pemukulan menyatakan dukungan mereka atas rencana pertemuan dengan Dewan Pers dan pihak lainnya di Jakarta. Sebelumnya, telah berlangsung pertemuan antara para korban dan pemukul. Namun, menurut mereka, hal itu menyangkut saling memaafkan antarpribadi.
"Persoalannya, ini sudah menyangkut profesi dan institusi. Kita sudah saling memaafkan, namun proses hukum hendaknya tetap berjalan," kata Didi Erwanto, wartawan Riau Pos, yang dicekik dan dipukul saat meliput jatuhnya pesawat tempur Hawk 200 di Desa Pandau Jaya, Siak Hulu, Selasa lalu. "Penegakan hukum akan menjadi contoh ke depannya, dan kekerasan seperti ini tidak terulang lagi," ujar Fachri Robbyanto, wartawan RTV, yang juga korban pemukulan.
Adapun Komandan Pangkalan Angkatan Udara Pekanbaru, Kolonel Pnb Bowo Budiarto, menyebutkan saat ini pihaknya masih memeriksa para anggotanya. "Masih diperiksa, dan kita belum tahu jenis hukuman apa nantinya. Tergantung pemeriksaaan," kata Bowo kepada Tempo.
RIYAN NOFITRA | JUPERNALIS SAMOSIR