TEMPO.CO, Cianjur - Ratusan siswa Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas (SMA) asal Desa Cibaregbeg dan Desa Girimulya, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, terancam terbawa arus Sungai Cikondang. Sebabnya, mereka terpaksa harus melintasi derasnya air sungai, setelah jembatan gantung satu-satunya yang biasa mereka lewati ambruk, Senin 24 September 2012 malam.
Kekhawatiran siswa ini sangat masuk akal, mengingat saat ini mereka harus menyeberangi arus sungai setiap berangkat dan pulang sekolah. Sementara sekarang sudah memasuki musim hujan. Mereka takut pada saat melintas air sungai tiba-tiba meluap.
"Takut terbawa arus sungai saat melintas, apalagi sekarang mulai hujan," ujar Ilham, 12 tahun, salah seorang siswa SD Negeri Cibaregbeg, di Cianjur, Selasa 25 September 2012.
Diungkapkan Ilham, semenjak ambruknya jembatan gantung Leuwidahu, dia bersama teman-teman sekampungnya terpaksa turun ke sungai saat berangkat maupun pulang sekolah. "Kalau harus memutar, pasti kesiangan sekolah karena jauh," kata dia.
Tidak hanya para siswa, warga juga mengharapkan jembatan tersebut cepat diperbaiki. Bila perlu, jembatan Leuwidahu dibangun secara permanen. "Mau tidak mau, warga harus turun ke sungai jika akan melintas. Karena, kalau harus memutar jalan sangat jauh," ujar Koswara, 50 tahun, warga setempat.
Kata dia, jembatan gantung itu adalah akses utama satu-satunya untuk menyeberang. Menurut Koswara, warga sendiri siap bergotong-royong memperbaiki jembatan tersebut. "Karena melintas ke sungai ini membahayakan sekali, apalagi kalau hujan turun,"ujarnya.
Sementara itu, Camat Cibeber Saepul Anwar menuturkan, jembatan gantung Leuwidahu itu memang belum ada perbaikan. Selain itu, ia membenarkan banyak warga turun ke sungai untuk melintas ke Desa Girimulya. "Kami pun prihatin dengan keadaan ini dan akan diusahakan secepatnya diperbaiki," tuturnya.
DEDEN ABDUL AZIZ