Aksi ini dilakukan lantaran warga khawatir jika terus-terusan dilindas oleh truk batubara, Jalan Danau, yang juga berfungsi sebagai tanggul Danau Dendam Tak Sudah akan jebol, "Ratusan hektar sawah dan rumah terancam disapu air," Kata salah seorang warga yang enggan disebutkan namanya, Jumat (1/5).
Usman Yassin, Ketua Yayasan Lembak Bengkulu, mengatakan bahwa tanggul danau Dendam Tak Sudah dibangun pada tahun 1917. Selain sebagai cagar alam, danau ini sendiri berfungsi sebagai sumber air bagi petani sekitar. "Hingga saat ini tidak ada perawatan khusus untuk tanggul," Ujarnya. Padahal, katanya, kondisi tanggul saat ini sudah kritis, selain karena pernah dihantam gempa besar tahun 2000 dan 2007, tanggul juga di semakin sering dilalui truk dengan tonase yang melebihi kapasitas beban jalan.
Struktur jalan di Jalan Danau saat ini hanya mampu menahan beban hingga delapan ton, sementara beban truk-truk pengangkut batubara yang melewati jalan tersebut lebih dari 30 ton. "Dalam satu hari rata-rata 280 truk yang lewat," Tuturnya.
Hingga pukul 01.00 wib, warga berhasil mencegat delapan truk batubara. Supir truk dipaksa menandatangani surat pernyataan tidak akan melewati jalan Danau lagi dan putar balik mencari jalan alternatif lain. "Jika bandel, akan kami paksa untuk menurunkan menurunkan muatan," Ungkap salah seorang warga.
Sementara itu, Dinas Perhubungan Informasi dan Komunikasi dan Dinas Pekerjaan Umum Propinsi sebenarnya sudah menyiapkan rute jalur lingkar untuk truk pengangkut barang, yaitu Pasar Pedati-Tugu Hiu-Nakau-Betungan-Padang Serai-Air Sebakul. Namun, jalur tersebut belum bisa digunakan."Rute pasar pedati-nakau belum tuntas pembangunannya," Ujar Sanuludin, Kepala Bidang Perhubungan Darat, Dinas Perhubungan Informasi dan Komunikasi Propinsi Bengkulu.
HARRI PRATAMA ADITYA