TEMPO.CO, Denpasar - Gubernur Bali Made Mangku Pastika mengatakan pernah merasakan dahsyatnya dampak letusan Gunung Agung pada 1963. Karena itu, dia berharap aktivitas Gunung Agung, yang saat ini statusnya waspada, tidak meningkat lagi.
Ketika Gunung Agung meletus pada 1963, dia berada di Buleleng, Bali. "Baru tamat dari sekolah dasar (sekolah rakyat saat itu)," kata Pastika di Denpasar, Jumat, 15 September 2017.
Baca juga: Gunung Agung Waspada, BNPB Siapkan Skenario Mitigasi
Pastika lahir di Desa Sanggalangit, Gerokgak, Buleleng, Bali, pada 22 Juni 1951. Saat Gunung Agung meletus, dia baru tamat dari Sekolah Rakyat 3 Bubunan. Letusan Gunung Agung tersebut menewaskan ribuan orang. Akibat letusan Gunung Agung, keluarga Pastika memutuskan transmigrasi ke Bengkulu.
Pada Kamis lalu, status Gunung Agung di Kabupaten Karangasem meningkat dari normal menjadi waspada. Pastika mengajak masyarakat setempat tidak panik menyikapi status tersebut.
"Mudah-mudahan tidak meningkat lagi. Kita semua berdoa supaya tidak meningkat lagi karena merupakan gunung tertinggi di Bali," kata Pastika.
Menurut Pastika, pemerintah daerah beserta pihak-pihak terkait juga sudah mempunyai rencana kontijensi terhadap kemungkinan jika Gunung Agung meletus. "TNI, Polri, dan semua lembaga kesatuan yang bisa segera bergerak sudah disiapkan," ucapnya.
ANTARA