TEMPO.CO, Jakarta - Ketua DPC Partai Demokrat Depok Edi Sitorus mengungkapkan alasan tidak lagi satu perahu dengan PKS pada Pilkada Depok 2024. Ia pun berharap Wali Kota Depok Mohammad Idris untuk bersikap netral dan tidak melakukan cawe-cawe.
Salah satunya, menurut Edi, dirinya dan partainya merasa kecewa dengan Mohammad Idris yang semula menyatakan bukan kader partai.
"Pertama yang saya lihat siapa, Pak Idris itu ngakunya sama saya bukan PKS, catat itu. Dia ngaku bukan PKS. Nah hari ini dia ngaku PKS saya kaget," kata Edi Sitorus, Kamis, 9 Mei 2024.
Saat bertemu dengan pengurus DPP pun, Idris mengatakan jika ia bukan kader PKS, sehingga Demokrat menyokongnya dalam Pilkada 2020.
"Tapi bukan berarti (hanya karena) dia PKS kita nyesel, bukan," ungkap Edi.
Ia juga mengungkap bahwa pembangunan yang dilaksanakan Pemkot Depok di bawah kepemimpinan Mohammad Idris dirasa lamban, kurang mengena dan dampak minim.
Selain itu, Edi merasa saat bergabung dengan PKS, Demokrat tidak pernah diajak berdiskusi. "Kalau kemarin saya cuma sama Pak Idris dengan PPP doang, jujur aja, kita nggak pernah diajak diskusi sama Idris," Edi menjelaskan.
Berbeda dengan wacana pembentukan Koalisi Sama-sama, ia menyebut semua ketua partai diajak berbicara mengenai koalisi dan kandidat yang diusung.
Meski demikian, Edi menampik jika Demokrat telah dibohongi, dan menghargai hak Mohammad Idris untuk mengaku PKS.
"Ya enggak apa-apa juga, itu hak dia, kita hargai," ujarnya.
Namun, Edi menyebut seharusnya Mohammad Idris paham etika berpolitik.
"Paling tidak sampai jabatannya sebagai wali kota habis. Makanya saya berharap juga dia enggak boleh cawe-cawe dalam Pilkada ini. Pak Jokowi aja dimarahin kemarin," tegas Edi.
Ketua Komisi C DPRD Kota Depok ini juga mengingatkan agar Mohammad Idris yang masih berstatus wali kota untuk bersikap netral.
RICKY JULIANSYAH
Pilihan Editor: Sejumlah Politikus PSI dan Golkar Hadir di Deklarasi Koalisi Sama-sama Pilkada Depok