TEMPO.CO, Jakarta – Wakil Sekretaris Jenderal Partai Gerindra Andre Rosiade masih optimistis mengusung Ketua Umum Prabowo Subianto untuk menantang Presiden Jokowi di pemilu presiden 2019. Andre Rosiade meyakini elektabilitas kedua calon akan berubah menjelang pemilu. “Kalau bahasa sekarangnya, Belanda masih jauh,” kata Andre saat dihubungi di Jakarta, Rabu 13 September 2017.
Menurut Andre waktu sekitar dua tahun menjelang pemilu 2019 sangat cukup untuk mengkerek elektabilitas Prabowo Subianto. Sebelumnya Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Indonesia baru saja merilis hasil jajak pendapat elektabilitas Joko Widodo dan Prabowo Subianto. Keduanya santer disebut akan kembali bersaing dalam pemilihan presiden 2019.
Baca: Survey CSIS: Elektabilitas Jokowi Meningkat, Prabowo Stagnan
Dari hasil survei CSIS didapatkan hasil elektabilitas Jokowi terus meningkat sejak 2015. Pada 2015 tingkat elektabilitas Jokowi sebesar 36,1 persen, meningkat menjadi 41.9 persen pada 2016, dan 50,9 persen pada tahun 2017.
Sedangkan elektabilitas Prabowo cenderung stagnan. Pada 2015, elektabilitas Prabowo mencapai 28 persen. Setahun kemudian menurun menjadi 24,3 persen dan pada 2017 kembali naik menjadi 25 persen.
Menurut Andre, selisih elektabilitas Prabowo dan Jokowi dalam survei tersebut belumlah terlalu besar. Selisih elektabilitas 25 persen dianggap masih wajar karena posisi Prabowo sebagai penantang dan Jokowi sebagai presiden. “Pak Prabowo kan juga belum bergerak, belum kampanye,” ujarnya.
Simak: CSIS: Kepuasan Publik terhadap Kinerja Jokowi-JK Naik Terus
Andre mengatakan bahwa saat pemilu presiden 2014, Prabowo hanya memiliki modal elektabilitas 10 persen. Angka tersebut terpaut jauh dari Jokowi sebesar 70 persen. Namun faktanya, kata Andre, Jokowi hanya bisa menang tipis. “Dalam tanda kutip penuh kecurangan,” ujarnya.
Hal yang sama juga terjadi dalam pemilu gubernur DKI 2017. Menurutnya saat itu modal elektabilitas pasangan Anies Baswedan dan Sandiaga Uno yang didukung Gerindra hanya di angka 5 persen. Namun Anies Sandi, ujarnya, bisa mengalahkan pasangan Ahok dan Djarot yang memiliki elektabilitas tinggi mencapai 70 persen. “Politik itu dinamis,” kata Andre.
FAJAR PEBRIANTO