TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin menuturkan persiapan penyelenggaraan ibadah haji di Arab Saudi sudah hampir selesai dilakukan. Pada 16-22 Juni kemarin, dia berkunjung ke Arab Saudi untuk memastikan persiapan penyelenggara haji.
Lukman Hakim Saifuddin menyebutkan beberapa fasilitas, seperti hotel, makanan, dan transportasi, secara umum telah siap digunakan karena sudah ada kontrak dengan pemerintah. Ia menaksir sudah hampir 95 persen persiapan tersebut dilakukan. “Tinggal persiapan dalam negeri,” katanya kepada Tempo di Jakarta Selatan, Rabu, 28 Juni 2017.
Baca juga:
Cerita Menteri Lukman Penyebab Open House di Rumahnya Tertunda
Menurut Lukman, persiapan di dalam negeri berfokus pada dokumen keberangkatan jemaah, seperti paspor dan visa dengan sistem online. Ia menuturkan, di Arab Saudi, ada dua kementerian yang mengharuskan dokumen calon jemaah lengkap sebelum visa dikeluarkan, yaitu Kementerian Haji dan Kementerian Dalam Negeri.
Selain itu, persiapan yang dilakukan di dalam negeri adalah pembagian kelompok terbang (kloter), pembinaan, termasuk manasik haji. Tahun ini, kuota haji untuk Indonesia sebanyak 221 ribu. Sedangkan tahun lalu 168.800.
Baca pula:
Cerita di Balik Pertemuan GNPF MUI dan Presiden Jokowi
Lukman berpesan agar jemaah haji yang sudah tiba di Arab Saudi menjaga kedisiplinan. Pengawasan bakal diperluas agar jemaah mengikuti penyelenggaraan haji sesuai dengan aturan. Ia memastikan sudah ada sosialisasi kepada pada ketua kloter ataupun regu untuk memperkuat kedisiplinan jemaah. “Ketua rombongan dan ketua regu lebih diberikan tanggung jawab mengontrol anggotanya masing-masing,” katanya.
Lukman tidak ingin tragedi benturan di Mina pada 2015 terjadi lagi. Ia mewanti-wanti agar jemaah selalu dalam rombongan. Pihaknya juga akan menambah petugas haji di setiap titik persimpangan yang berpotensi ada jemaah yang tersasar.
Selain itu, Lukman Hakim Saifuddin memastikan bus yang digunakan untuk rute jemaah dari Mekah ke Madinah atau Jeddah dan sebaliknya sudah terpasang GPS. Ia menceritakan, dulu, bus beberapa kali tersasar karena pengemudi tidak tahu jalan. Ia mengatakan sopir bus umumnya berasal dari Mesir atau Yaman sehingga belum tentu hafal jalan. “Jemaah protes. Sekarang mudah-mudahan tidak ada lagi cerita kesasar karena semuanya dimonitor, pergerakan bus pakai GPS semua,” ucapnya.
DANANG FIRMANTO