TEMPO.CO, Jakarta - Gelak tawa terdengar dari kediaman Masrur Syamhari di kawasan Kramat Jati, Jakarta Timur. Sekitar 250 alumni Pondok Modern Darussalam Gontor, Ponorogo, Jawa Timur memang mengadakan buka puasa, salat Tarawih berjamaah dan temu kangen pada Kamis, 8 Juni 2017.
"Kami selalu adakan pertemuan rutin. Tahun ini kebetulan di rumah saya. Ini pertemuan seluruh alumni Gontor dari angkatan 1960 hingga yang termuda, yaitu 2016," ujar Masrur kepada Tempo yang ikut hadir.
Dua alumni menjadi bintang temu kangen tersebut. Yakni Menteri Agama Lukman Hakim Saifudin dan Ketua Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Majelis Ulama Indonesia (GNPF-MUI) Bachtiar Nasir. Lukman merupakan alumnus Gontor angkatan 1983, sementara Bachtiar alumnus angkatan 1988.
Keduanya duduk berdampingan di atas karpet ruang tengah rumah Masrur. Padahal pada akhir tahun lalu keduanya berada pada posisi berseberangan. Selaku Ketua GNPF-MUI, Bachtiar mengorganisasikan unjuk rasa berlabel Aksi Bela Islam II (4 November 2016) dan III (2 Desember 2016).
Unjuk rasa di Jakarta yang diklaim diikuti jutaan orang itu menuntut proses hukum terhadap Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok karena tuduhan penistaan agama. Mereka juga menuntut Presiden Joko Widodo memberhentikan Ahok dari jabatannya.
Polri melakukan tekanan terhadap pimpinan pengunjuk rasa. Sejumlah orang dituduh melakukan makar. Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Rizieq Shihab dijadikan tersangka kasus pornografi.
Bachtiar Nasir diperiksa polisi dalam kasus tindak pidana pencucian uang pengalihan kekayaan Yayasan Keadilan. Islahudin Akbar, orang dekat Bachtiar ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus itu.
Namun perbedaan posisi politik itu cair dalam ajang temu kangen. Lukman, Bachtiar dan alumni lainnya menceritakan pengalaman lucu selama menjadi santri di Gontor. Walhasil gelak tawa pecah.
Selain cerita masa silam, Lukman berkisah ketika ditunjuk sebagai Menteri Agama pada Kabinet Kerja Presiden Joko Widodo. Lukman sempat tertekan karena teman-teman sejawatnya memberikan ucapan selamat. Padahal, kata Lukman, mendapatkan sebuah jabatan merupakan amanah yang sangat berat.
"Dalam hati saya sebetulnya sedih juga. Tentu saya senang karena ada perhatian atau atensi dari teman-teman karena itu pasti niatnya baik memberikan ucapan selamat. Tapi saya merasa menerima amanah ini ujian yang luar biasa," ujar Lukman, putera Saifuddin Zuhri, Menteri Agama di era Presiden Soekarno.
Lukman menjelaskan amanah menjadi menteri agama pada saat ini merupakan hal yang sulit. Karena seluruh orang terbuka akan informasi dan teknologi. Sementara urusan agama dianggap menjadi urusan yang sangat sensitif. Menurut Lukman, masalah agama memiliki kompleksitas yang cukup tinggi, terlebih di Indonesia yang dikenal dengan negara yang majemuk dan heterogen.
"Saya rasa baru kali ini ada orang dapat ujian lalu diberi '"selamat'ya. Jadi biasanya, yang diberi selamat itu yang mendapatkan kesenangan atau kegembiraan. Jadi kita harus maknai bahwa amanah ini ujian. Karenanya saya perlu sampaikan bahwa saya tidak bisa puaskan semua kalangan," ujar Lukman.
Bachtiar Nasir yang berbicara berikutnya mengaku senang dengan gaya kepemimpinan Lukman. Meski mereka berbeda angkatan, Bachtiar menilai dirinya memiliki kesamaan cara berpikir.
"Meskipun tidak pernah bertemu di pondok pesantren, antara saya dengan dengan Menag (Lukman) secara substantif memiliki kesamaan sebagai sesama alumni Gontor," ujar Bachtiar yang lulusan Universitas Islam Madinah, Arab Saudi.
Bachtiar menyampaikan salah satu pemikiran yang sama dengan Lukman adalah keduanya sama-sama memiliki pikiran bebas dan terbuka. Menurut Bachtiar, keragaman terjadi merupakan buah dari kebebasan berpikir setiap orang. Keduanya kerap saling bertemu dalam forum alumni.
Bahkan ketika Lukman telah menjadi menteri, Bachtiar mengatakan komunikasi mereka tetap terjaga. Bachtiar mengaku bangga karena memiliki almamater yang sama dengan seorang menteri. Ia menilai amanah tersebut merupakan bukti bahwa Lukman mampu menjalankan kewajibannya dengan baik.
"Mudah-mudahan, Pak Menag bisa membawa aspirasi umat Islam di Indonesia. Dan bisa membawa pesan dan amanah dari pesantrennya agar dakwah di Indonesia tetap berkembang," ujar Bachtiar yang tidak menghadiri acara Aksi Bela Ulama di Masjid Istiqlal pada 9 Juni 2017.
LARISSA HUDA