TEMPO.CO, Belitung Timur - Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Utara menjatuhkan vonis dua tahun penjara kepada Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. Gubernur DKI Jakarta non aktif ini langsung masuk Rutan Cipinang, Jakarta Timur pada Selasa, 9 Mei 2017 dan kemudian dipindahkan ke Markas Brimob Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat.
Namun vonis untuk kasus penistaan agama itu tidak membuat warga Kabupaten Belitung Timur, tempat kelahiran Ahok, bergejolak atau unjuk rasa. "Di sini aman-aman saja. Tidak ada gejolak apapun,” kata Masri Sadeli, tokoh masyarakat Belitung Timur kepada Tempo, Rabu 10 Mei 2017. Kasus itu hanya jadi obrolan di warung kopi.
Baca juga: Ahok Ditahan, Ini Pembicaraan Ahok-Djarot di dalam Rutan
Menurut Masri, tidak berpengaruhnya Ahok di Belitung Timur tak lepas dari perannya ketika menjabat sebagai Bupati Belitung Timur pada 3 Agustus 2005 – 22 Desember 2006. “Yang dilakukan biasa saja. Tidak ada yang spektakuler atau seperti yang ada di pemberitaan. Dia hanya menjabat satu tahun setengah. Apa ikon Belitung Timur ketika dipimpin dia? Tidak ada. Kalau dibilang dia bangun industri besar, mana itu. Dibilang banyak buka lapangan pekerjaan, itu juga tidak ada," ujar Masri.
Masri meminta masyarakat dan pemuda di Kabupaten Belitung Timur dapat belajar dari kasus yang menimpa Ahok. Yakni harus berhati-hati dalam berbicara yang menyangkut keyakinan atau agama orang lain. "Kita jangan masuk kedalam keyakinan orang agar tidak terjadi pertentangan. Hati-hati saja ketika berbicara," ujar dia.
Simak juga: Ahok Ditahan, Djarot: Empat Alasan Penangguhan Penahanan
Berdasarkan catatan sejumlah, program Ahok selama menjadi Bupati Belitung Timur cukup banyak yang berjalan dan berhasil. Di antaranya pengaspalan jalan hingga ke perkampungan. Program layanan kesehatan gratis kepada penduduk kurang mampu, biaya sekolah SMA dan pendidikan tinggi gratis. Ahok dikenal seorang bupati yang gampang diajak komunikasi. Warganya gampang menghubungi melalui nomor telepon selulernya.
Tokoh pemuda Belitung Timur, Wahyu Epan Yudhistira, mengatakan pro dan kontra terkait dengan figur Ahok ramai di media sosial. "Kasus Ahok memang diperbincangkan di warung kopi. Hal itu karena Belitung Timur terkenal dengan budaya ngopi. Warung kopi merupakan salah satu ruang interaksi sosial strategis. Jangankan Ahok, terpilihnya Donald Trump saja dikaji dan jadi perbincangan hangat," ujar dia.
Menurut Epan, soal toleransi dan keberagaman masyarakat di Belitung Timur sudah khatam dan tidak mempermasalahkan. Salah satu buktinya adalah dengan terpilihnya Ahok dan adiknya menjadi bupati. "Kami akan belajar dari kasus Ahok. Belajar dari prinsip unity sesungguhnya yaitu membiarkan yang berbeda untuk tetap berbeda dan tidak diupayakan untuk seragam."
Kepala Polda Bangka Belitung Brigadir Jenderal Anton Wahono mengatakan, saat ini situasi di Bangka Belitung, khususnya di Kabupaten Belitung Timur kondusif dan tenang. Belum dilaporkan kegiatan yang mengarah pada gangguan keamanan. "Sampai sejauh ini masih aman terkendali. Masyarakat biasa saja menyikapi kasus tersebut (Ahok)," ujar dia.
SERVIO MARANDA
Catatan:
Artikel ini diperbaiki pada Kamis, 11 Mei 2017 pukul 12.20 WIB dengan memberi tambahan informasi tentang kinerja Basuki Tjahaja Purnama ketika menjadi Bupati Bangka Belitung pada periode 2005-2010.