TEMPO.CO, Nganjuk - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Nganjuk belum bisa memulai evakuasi lima korban yang tertimbun longsor. Luasnya lokasi longsor yang berada di dasar jurang sedalam satu kilometer menyulitkan mobilisasi peralatan berat.
Dalam rapat koordinasi evakuasi korban longsor yang dilakukan Bupati Nganjuk Taufiqurrahman, Kepala Kepolisian Resor Nganjuk Ajun Komisaris Besar Joko Sardono, dan Kepala BPBD Nganjuk Soekonjono, diputuskan tim akan mempelajari dulu situasi sebelum memulai evakuasi. “Kita akan lakukan mitigasi terlebih dulu menggunakan drone,” kata Taufiqurrahman, Senin dinihari, 10 April 2017.
Baca: 5 Warga Lereng Gunung Wilis di Nganjuk Tertimbun Tanah Longsor
Menurut Taufiq, lokasi longsor sangat luas, mencapai 9 hektare. Longsoran ini juga terjadi di dasar jurang sedalam satu kilometer yang merupakan aliran sungai. Kondisi ini tidak memungkinkan masuknya peralatan berat ke bawah karena medan yang sangat terjal.
Satu-satunya jalan yang bisa ditempuh adalah melakukan evakuasi manual menggunakan sumber daya manusia dan peralatan seadanya. Namun, dengan luasan longsor yang mencapai 9 hektare, upaya ini akan cukup berat. Selain itu, ancaman longsor susulan ke dasar jurang turut menjadi ancaman bagi petugas saat melakukan evakuasi.
Penggunaan drone atau pesawat tanpa awak, menurut Taufiq, adalah satu-satunya cara untuk mengetahui kondisi di puncak tebing. Selain mengetahui potensi terjadinya longsor susulan, kamera drone akan bisa memotret penyebab longsor yang terjadi di tengah tingginya intensitas hujan di kawasan Gunung Wilis.
Selain itu, tim BPBD harus memikirkan penumpukan material longsor yang menimpa seluruh ruas sungai. Tumpukan material tanah ini menyumbat aliran sungai sehingga membentuk bendungan alam. “Bisa terjadi banjir bandang ke bawah kalau sewaktu-waktu ambrol,” kata Soekonjono.
Lima warga dikabarkan tertimbun longsor yang terjadi di Dusun Dolopo, Desa Kepel, Kecamatan Ngetos, Kabupaten Nganjuk. Longsor yang terjadi pada Ahad pukul 14.00 WIB itu berada di kawasan lereng Gunung Wilis dengan areal longsor mencapai sembilan hektare. Areal tersebut merupakan perkebunan cengkeh dan mangga milik warga Desa Kepel.
Data sementara yang dihimpun petugas BPBD, terdapat lima penduduk yang tertimbun material longsor. Mereka adalah Khodri, 15 tahun, seorang pelajar; Doni (23), pekerja swasta; Dwi (17), pelajar; Bayu (14), pelajar. Keempatnya warga Desa Sumber Bendo, Kecamatan Ngetos, Kabupaten Nganjuk. Sedangkan korban lainnya adalah Paidi, 55 tahun, warga Dusun Janti, Desa Blongko, Kecamatan Ngetos.
Soekonjono menjelaskan, bencana longsor itu sebenarnya sudah diprediksi akan terjadi oleh BPDB setempat. Selain tergolong labil dengan intensitas hujan yang deras, longsor sudah terjadi sejak tiga hari lalu. “Kami sudah melarang warga berada di lokasi karena diprediksi akan terjadi longsor,” katanya.
HARI TRI WASONO