TEMPO.CO, Ngawi - Keluarga tidak menyangka bahwa Sugiyono, 37 tahun, terlibat kasus terorisme. Sebab, laki-laki yang selama enam tahun terakhir berdomisili di Sragen, Jawa Tengah, dan menjalankan usaha vulkanisir ban ini tidak menunjukkan tanda-tanda bersimpati kepada kelompok teroris.
Bahkan Sugiyono mengalami gangguan mata dan pernah dioperasi karena kemasukan gotri. "Biasa saja, dan kalau pulang juga masih sering berkumpul," kata Anik Sugiati, adik kandung Sugiyono, Selasa, 31 Januari 2017.
Selama ini, menurut wanita 28 tahun itu, Sugiyono masih sering ke Ngawi. Pada Desember 2016, misalnya, Sugiono sempat dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Soeroto, Ngawi, karena gangguan di kedua matanya. "Bilangnya akibat kecelakaan," ujar Anik kepada Tempo.
Baca: Densus 88 Geledah Rumah Terduga Teroris di Ngawi
Sugiyono tinggal di Dusun Gondang, Desa Rejomulyo, Kecamatan Karangjati, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur. Sragen dan Ngawi merupakan kabupaten di perbatasan Provinsi Jawa Timur dan Jawa Tengah.
Podo, 51 tahun, kakak sepupu Sugiyono, menambahkan, mata bagian kanan kerabatnya itu pernah kemasukan gotri. Benda itu mengenai mata Sugiono ketika ban truk yang sedang divulkanisir tiba-tiba meledak. "Ban meledak dan gotri sepeda yang tercecer di sekitarnya masuk ke mata," ujar Podo.
Cerita tersebut diyakini Podo benar adanya. Apalagi, dari foto rontgen yang dilihat menunjukkan adanya sepuluh gotri di mata bagian kanan Sugiyono. Untuk mengeluarkan gotri tersebut, menurut Podo, Sugiyono harus dioperasi. "Setahu saya masih ada satu gotri yang belum dikeluarkan. Kedua matanya juga belum bisa melihat secara normal," kata Podo.
Karena itu, keluarga tidak percaya jika Sugiyono terlibat terorisme. Meski demikian, Podo dan keluarga yang lain tidak bisa menghalangi tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Mabes Polri menggeledah rumah Sugiyono pada Selasa siang.
Simak: Densus 88 Tangkap Terduga Teroris di Karanganyar dan Sragen
Ada sejumlah barang bukti yang diamankan dalam penggeledahan tersebut. Barang bukti itu di antaranya selembar selebaran tentang risalah tauhid, kuitansi donasi untuk pengungsi Rohingya senilai Rp 500 ribu, dan sejumlah gotri. "Juga satu buah tablet rusak, dua solder, lem tembak, dan majalah," kata Podo.
Sejumlah barang bukti itu, menurut dia, disita dari sejumlah ruang dan lemari di rumah Sugiyono saat penggeledahan sejak pukul 13.00 hingga pukul 16.00. Selain itu, Salam, 60 tahun, dan Abdullah Azzam, 11 tahun–ayah dan adik kandung Sugiyono–juga dibawa tim Densus 88. "Mungkin untuk dimintai keterangan," ujar Podo.
Sugiyono ditangkap di Grobongan, Jawa Tengah. Selain dia, tim Densus 88 juga menangkap dua teroris lain, yakni Jumali, 30 tahun, di Sragen dan Sugiyanto, 38 tahun, di Karanganyar, Jawa Tengah.
NOFIKA DIAN NUGROHO