TEMPO.CO, Jakarta - Mohammad Siddik bergabung ke Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) atas ajakan Mohammad Natsir, pendiri Dewan Dakwah, begitu tamat kuliah pada 1967. Ia lantas menjadi staf di Dewan Dakwah pada Juni 1968 di kantor Jalan Blora, Jakarta Pusat.
Mohammad Siddik pernah dikirim ke New York untuk menghadiri kongres pemuda sedunia yang digelar PBB. Selama menjalani tugas luar negeri, pria yang hobi main tenis meja ini aktif mengirimkan informasi kepada Ketua Dewan Dakwah mengenai misi diakonia kristenisasi di berbagai negeri di seluruh dunia termasuk Indonesia.
Selama bertugas di PBB/UNICEF, Siddik tercatat pernah menjelajahi lebih dari 90 negara. Pria kelahiran 15 Januari 1942 ini pun menguasai bahasa Inggris, Prancis, Arab, dan Urdhu. Sekembalinya dari tugas luar negeri pada 2002, Siddik membantu mengurus LAZIS (Lembaga Amal Zakat Infaq Sedekah).
Selanjutnya ia diangkat sebagai salah satu Ketua Yayasan DDII pada masa kepemimpinan Affandi Ridhwan dan Cholil Baidawi. Pada periode 2005 hingga 2010, Siddik ditunjuk sebagai Ketua Pengawas.
Pada tahun 2010 hingga 2015, Siddik mendapat tugas sebagai anggota Pembina dan Anggota Badan Pekerja Pembina. Selanjutnya, pendiri World Assembly of Moslem Youth (WAMY) di Riyadh itu dipercaya menjadi Ketua Umum DDII.
MAYA AYU PUSPITASARI
Baca juga:
Wawancara: Ketua Umum DDII Bicara Islam, Negara, & Demokrasi