Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Mengkaji Islam dalam Ilmu dan Pengamalnya

image-gnews
Iklan

INFO NASIONAL – Islam secara epistimologi memiliki tiga hal yang harus dibedakan. Pertama, sumber otoritas Islam (religious source of authority), yakni al-Qur’an dan sunnah yang menjadi sumber dan fondasi utama kita beragama. Dalam hal ini di dunia hanya ada satu al-Qur’an, tidak ada versi lain. Baik Sunni maupun Syiah memiliki al-Qur’an yang sama.

Ketika bicara tentang sunnah, yang terefleksi dalam kitab kitab hadis, perbedaan sudah mulai muncul, terutama antara Sunni dan Syiah karena masing masing memiliki kitab rujukan utama yang berbeda.

Sunni memiliki kutub al-sitta (kitab enam, yakni Sahih Bukhari, Sahih Muslim, Sunan an-Nasai, Sunan Abu Dawud, Jami al-Tirmidhi dan Sunan Ibn Majah) bahkan kutub tisá (kitab sembilan ditambah, Muwatta Malik, Musnad Ahmad Ibn Hanbal dan Sunan ad Darimi) dan kitab musannafat yang lain seperti Musannaf Abd Razzaq al Sanáni dan lain-lain.

Sementara Syiah memiliki empat kitab rujukan utama yang disebut dengan al-kutub al arbaá, yaitu al-Kafi karya al-Kulayni, Man la yahdhuruhu al-faqih, Tahdhib al-ahkam, dan al-Istibshar. Perbedaan rujukan utama ini menyebabkan terjadinya perbedaan fundamental yang tidak mudah dikompromikan.

Kedua, pemahaman, penafsiran para ulama, sarjana, para penstudi Islam terhadap sumber otoritas di atas. Lahirlah sejumlah kitab tafsir, fiqih, tasawwuf sejarah dan lain-lain, mulai dari yang klasik sampai yang modern, dengan perspektif, pendekatan dan metodologi yang berbeda yang tak terhitung jumlahnya di seluruh dunia.

Pemahaman tentang agama ini kemudian menjadi sangat extensive karena perbedaan perspektif, pendekatan bahkan kepentingan. Potensi perbedaan menjadi tak terhindarkan. Perbedaan kapasitas, latar belakang, kecenderungan dan afiliasi sosial politik tidak jarang menentukan karakter penafsiran dan pemahaman para ulama.

Sejak zaman nabi sampai hari ini, karya tentang Islam ini tidak pernah berhenti. Islam pun tidak hanya dipelajari di negara negara muslim atau mayoritas muslim. Islam diteliti, dikaji, dipelajari di seluruh dunia. Tidak hanya di al Azhar Kairo, Jamiatul imam di Riyad, Universitas Madina, alMustafa di Qum, Iran, Qurawiyyin di Maroko, Zaytuna di Tunis, atau di India, Pakistan, Bangladesh, Malaysia atau Indonesia, tapi juga di Eropa dan Amerika.

Sekarang ini, sulit menemukan universitas besar berkelas dunia di Amerika dan Eropa yang tidak memiliki pusat kajian Islam. Bahkan studi Islam universitas terkemuka dan tertua di Amerika dan Eropa sudah sangat lama dan sangat mapan. Kajian Islam di Oxford dan Cambridge di Inggris, Harvard dan Chicago di Amerika, Sorbone di Paris, Leiden di Belanda, Heidelberg, Berlin dan Bonn di Jerman, Mc Gill di Canada adalah contoh-contoh perguruan tinggi kelas dunia yang memiliki tradisi kajian studi Islam yang sangat mapan.

Western scholarship on Islam telah melahirkan karya karya monumental dalam berbagai bahasa Eropa, terutama Inggris, Jerman, Perancis. Bahkan untuk mengkaji Islam awal di abad pertama kedua hijriah, atau masa-masa pembentukan Islam karya-karya monumental orientalis Eropa penting dan sangat kaya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ketiga, bagaimana agama (Islam) secara empiris diamalkan, diartikulasikan dalam pelataran sejarah peradaban Islam. Dalam konteks ini pengamalan agama bisa memiliki banyak versi. Artikulasi Islam di Timur Tengah dalam hal tertentu bisa berbeda dengan yang ada di Eropa, di Amerika, di Afrika, di Asia termasuk Indonesia, karena implementasi agama adalah hasil dialektika dan interaksi intensif antara sumber otoritas dan pemahaman terhadapnya dengan reliatas dimana agama itu diamalkan. Faktor budaya, tradisi, kualitas peradaban suatu tempat sangat mempengaruhi karakter artikulasi agama yang diamalkan. 

Jika agama diyakini compatible dengan semua zaman dan tempat, agama harus diterjemahkan secara empiris agar responsif dan adaptif bahkan kontributif terhadap kemajuan, pembangunan, dinamika sosial, budaya, ekonomi politik dimana agama itu diamalkan. Di Eropa dan Amerika misalnya, isu integrasi antara tradisi dan budaya yang dibawa oleh para imigran yang notebene muslim dengan budaya Eropa yang (katanya) menjunjung tinggi nilai demokrasi, kesetaraan gender, kebebasan individu, hak asasi manusia dan lain lain sering menimbulkan ketegangan relasional antara para imigran dan penduduk asli, bahkan tidak jarang agama (Islam) dianggap kontraproduktif terhadap kemajuan dan bertentangan dengan nilai nilai Eropa yang maju dan modern. Ini adalah interaksi yang tidak produktif yang menyebabkan agama tidak dipahami sebagaimana mestinya.

Last but not least, apakah studi Islam di Indonesia cukup diperhitungkan? Tampaknya belum. Scholar Indonesia yang tampil dalam panggung-panggung akademik global tampaknya masih sangat terbatas, karya-karya akademik para sarjana dan ulama kita tampaknya juga masih tertinggal jauh walau beberapa abad lalu kita pernah punya ulama besar kaliber dunia.

Saya mencoba mengamati bahwa ulama kita memang tidak banyak melahirkan karya-karya monumental seperti ulama Timur Tengah, tetapi mereka berkarya dan mengabdi langsung ke masyarakat, membimbing umat mendirikan pesantren dan lain-lain. Hasilnya, pemahaman dan pengamalan Islam yang damai oleh masyarakat seperti yang kita rasakan sekarang.

Sementara ditempat lain, produksi karya monumental para ulama terus berjalan tetapi negaranya tidak stabil secara sosial politik, dan tidak jarang pemahaman agama yang tidak benar yang menjadi pemicunya. Mungkin karena ulamanya kurang turun ke lapangan membimbing umatnya.

Untuk studi Islam, Indonesia memang belum terlalu diperhitungkan, tetapi bagaimana Islam diamalkan dan dipedomani dalam kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia sangat pantas diperhitungkan. Karena Islam Indonesia telah melahirkan Islam yang damai, toleran dan bahkan terlibat dan berkontribusi penting dalam pembangunan. Setuju? Wallahu a’lam. (*)

Prof. Dr. Phil. H. Kamaruddin Amin, MA | Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Higgs Domino, Permainan yang Cocok untuk Pemula

3 jam lalu

Higgs Domino, Permainan yang Cocok untuk Pemula

Terdapat permainan lainnya seperti Ludo, Cangkulan, Kamar 5 Kartu, Kartu 41, Dam, Congklak, Puzzle, Jagoan Ayam, Susun Kata, hingga Wood Blast.


Tampil Kasual dengan Baju Flanel

4 jam lalu

Tampil Kasual dengan Baju Flanel

Baju flanel dapat dibeli baik di toko fisik ataupun toko online seperti Shopee


Telkomsel Sukses Kawal Aktivitas Digital Pelanggan saat Ramadan dan Idul Fitri

5 jam lalu

Telkomsel Sukses Kawal Aktivitas Digital Pelanggan saat Ramadan dan Idul Fitri

Melalui optimalisasi jaringan broadband terdepan serta ketersediaan produk dan layanan bernilai tambah, Telkomsel sukses mengawal momen Ramadan dan Idul Fitri.


Telin dan Dialog Axiata Tandatangani Kemitraan Strategis

5 jam lalu

Chief Commercial Officer Telin Kharisma (keempat dari kanan) dan Group Chief Executive of Dialog Axiata PLC Supun Weerasinghe (kelima dari kiri) saat penandatanganan kemitraan strategis untuk pengelolaan layanan terminasi suara dan SMS internasional antara Telin dan Dialog Axiata beberapa waktu lalu.
Telin dan Dialog Axiata Tandatangani Kemitraan Strategis

Telin secara eksklusif akan menyediakan Layanan Terkelola untuk trafik SMS A2P atau Application to Person internasional dan trafik terminasi suara internasional untuk Dialog.


Bamsoet Resmikan Sirkuit Gokart Electric Tercepat Pertama di Indonesia

19 jam lalu

Bamsoet Resmikan Sirkuit Gokart Electric Tercepat Pertama di Indonesia

Bambang Soesatyo meresmikan Barcode Gokart Electric di Mall of Indonesia (MOI).


PNM Mekaar Kembangkan Usaha Jamu Nasabah

19 jam lalu

PNM Mekaar Kembangkan Usaha Jamu Nasabah

Di PNM Mekaar, nasabah tidak harus mensyaratkan agunan dan tidak harus memiliki usaha yang sudah mapan. Bahkan orang yang baru akan memulai usaha bisa mendapatkan pinjaman.


Jelang Pernikahan Anaknya, Bamsoet Gelar Pengajian dan Siraman

20 jam lalu

Jelang Pernikahan Anaknya, Bamsoet Gelar Pengajian dan Siraman

Bamsoet bersama keluarga menyelenggarakan prosesi pengajian dan siraman menggunakan adat Sunda untuk putri ke limanya, Saras Shintya Putri atau Cacha yang akan menikah dengan Avicenna Athalla Zaki Ghani Alli atau Athalla, pada Sabtu, 20 April 2024.


Kabel yang Akibatkan Kecelakaan di Medan Dipastikan Bukan Milik Telkom

21 jam lalu

Kabel yang Akibatkan Kecelakaan di Medan Dipastikan Bukan Milik Telkom

Telkom berusaha untuk memberikan pelayanan terbaik melalui perangkat dan aset-aset yang dimiliki.


Fatalitas Korban Laka Menurun di Periode PAM Lebaran 2024

22 jam lalu

Fatalitas Korban Laka Menurun di Periode PAM Lebaran 2024

Selama periode PAM Lebaran 2024, Jasa Raharja mencatat santunan yang diserahkan sejumlah Rp30,72 miliar, turun 6,88 persen dibandingkan periode PAM Lebaran tahun sebelumnya yang mencapai Rp32,98 miliar.


Bamsoet Dukung Gelaran Pecah VW 2024 Dapatkan Rekor MURI

22 jam lalu

Bamsoet Dukung Gelaran Pecah VW 2024 Dapatkan Rekor MURI

Event akan melibatkan berbagai komunitas VW di Indonesia.