TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Divisi Humas Mabes Polri Inspektur Jenderal Boy Rafli Amar mengatakan polisi telah mengetahui peran masing-masing ketujuh terduga peneror bom yang akan diledakkan di Istana Presiden, pada Ahad, 11 Desember 2016.
"Mereka membuat bom, jaringan terorisme skala global,” kata Boy di kantornya, Kamis, 15 Desember 2016.
Boy mengatakan dalam kasus teror bom tersebut, tujuh orang tersebut sudah ditetapkan sebagai tersangka. Mereka adalah Agus Supriyadi, Muhammad Nur Solihin, Dian Yulia Novi, Suyanto, Khafid Fathoni, Arinda Putri Maharani, dan Wawan Prasetyawan. Sementara Nur Solihin adalah pimpinan sel.
Boy mengatakan Agus berperan menyewa mobil rental untuk mengantar bom ke Bekasi. Tersangka bersama-sama dengan Nur Solihin menerima bom dari Suyatno di pom bensin dekat waduk Karanganyar. Agus dan Nur Solihin lalu membawa bom tersebut untuk diserahkan kepada Dian di Bintara Bekasi.
Tersangka Nur Solihin memiliki peran penting. Boy mengatakan Solihin sebagai pimpinan sel yang merekrut calon pengantin bom. Ia mengatakan Solihin juga menerima dana dari Bahrun Naim sebanyak dua kali untuk kegiatan teror di Istana. Dana yang diterima pertama senilai Rp 3 juta. Sedangkan dana kedua yang diterima sebesar Rp 2 juta.
Boy menambahkan, Solihin juga berencana bersama Agus untuk mengantarkan Dian, calon pengantin, ke Masjid Istiqlal dan menyaksikan pelaksanaan bom bunuh diri di Istana Presiden sesuai arahan Barhun Naim.
Tersangka Dian berperan sebagai orang yang akan meledakkan bom bunuh diri ketika acara serah terima jaga Paspampres (Pasukan Pengamanan Presiden). Boy menuturkan Dian juga pernah berkomunikasi dengan Bahrun Naim untuk menerima perintah tersebut. Bahkan pernah menerima uang senilai Rp 1 juta dari Barhun Naim untuk biaya hidup selama mengontrak di Bekasi. Bersama dengan Solihin, Dian pun disebut ikut mencari kontrakan untuk dihuni.
Selain itu, tersangka Suyanto berperan menyediakan tempat di rumahnya Karanganyar untuk merakit bom. Tersangka juga terlibat merakit bom sekaligus mengawasi situasi keamanan sekitar lokasi perakitan bom. Boy menilai Suyanto menyimpan bom tersebut setelah dirakit. Setelah itu, Suyanto mengantarkan bom itu ke pom bensin dekat waduk di Karanganyar untuk diterima Solihin dan Agus.
Tersangka Khafid berperan membuat bahan peledak Triacetone Triperoxide (TaTp) di rumahnya di Ngawi sesuai arahan Bahrun Naim. “Intens melakukan komunikasi dengan Bahrun Naim,” kata Boy.
Terakhir, peran Arinda adalah sebagai fasilitator penerimaan uang untuk membuat bom. Sedangkan peran Wawan adalah berinisiatif menyimpan bahan peledak dan komponen pembuat bom yang akan dirakit. Bahan itu diantar ke supermarket Robinson di dekat Stasiun Purwosari untuk diserahkan ke Nur Solihin.
DANANG FIRMANTO
Baca juga:
Profil 7 Terduga Teroris yang Akan Mengebom Istana Presiden
Dibawa Densus ke Jakarta, Wanita Ini Takbir 'Allahuakbar'