TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan prihatin dan sedih atas jatuhnya korban jiwa pada peristiwa teror bom di Samarinda. Kalla mengatakan aksi teror itu menunjukkan aksi terorisme cukup banyak di masyarakat.
"Ini juga sekali lagi memberikan kita suatu warning, radikalisme, terorisme masih ada sekitar kita cukup banyak," kata Kalla, di kantor Wapres, Jakarta, Senin, 14 November 2016.
Fakta itu, kata Kalla, membuat upaya pemerintah, polisi, dan TNI untuk menjaga keamanan dan melawan teroris itu tetap menjadi prioritas. "Kami prihatin dan bersedih atas korban karena bom kemarin," katanya.
Baca: Kisah Dalang Bom Samarinda, Mantan Napi & Tinggal di Masjid
Kalla mengatakan menekan radikalisme dilakukan dengan berbagai upaya, di antaranya melalui pendidikan dan upaya sosial lainnya. Selain itu, pendekatan dari segi keamanan juga terus dilakukan pemerintah.
Seperti diketahui, serangan teror bom terjadi di Gereja Oikumene, Kelurahan Sengkotek, Kota Samarinda, Kalimantan Timur, pada Minggu, 13 November 2016. Aksi itu dilakukan Juhanda sekitar pukul 10.00 Wita. Dia adalah mantan narapidana teror bom di Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi di Tangerang pada 2011.
Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Jenderal Tito Karnavian mengatakan pelaku bernama Joh alias Juhanda alias Jo bin Muhammad Aceng Kurnia, 32 tahun, pernah menjalani hukuman pidana 3,5 tahun pada 2012 dan bebas bersyarat setelah mendapatkan remisi Idul Fitri pada 28 Juli 2014.
AMIRULLAH