TEMPO.CO, Jakarta - Badan Nasional Penanggulangan Bencana menganggap tanggap darurat bencana banjir bandang di Garut perlu diperpanjang. Alasannya, masih banyak masalah yang belum diselesaikan dalam tujuh hari tanggap darurat bencana yang telah berlangsung.
"Masih diperlukan status tanggap darurat tambahan untuk memudahkan akses dalam penanganan darurat," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho dalam siaran persnya, Selasa, 27 September 2016.
Dia mengatakan ini terkait berakhirnya masa tanggap darurat bencana selama tujuh hari pada Selasa ini yang sebelumnya ditetapkan Bupati Garut.
Sutopo mengatakan hingga kini masih ada 19 korban jiwa hilang dan 6.361 jiwa masih mengungsi di 12 titik pengungsian. Kerusakan bangunan meliputi 605 rumah rusak berat, 200 rumah rusak sedang, 961 rumah rusak ringan, 255 rumah terendam, dan 283 rumah hanyut.
Selain itu juga terdapat kerusakan sekolah, rumah ibadah, rumah sakit, dan bangunan umum lainnya. "Tidak mungkin mengatasi semua itu tanpa status tanggap darurat," kata Sutopo.
Kepala BNPB Willem Rampangilei, kata Sutopo, telah menyatakan Garut masih membutuhkan perpanjangan waktu untuk masa tanggap darurat bencana. Tanggap darurat dapat diperpanjang menjadi 14 hari ke depan setelah melihat situasi di lapangan. Namun Willem menyerahkan penetapan tersebut kepada Bupati Garut sebagai pengambil keputusan.
Untuk antisipasi bencana ke depan, Willem mengingatkan untuk memperkuat sistem peringatan dini banjir dan longsor serta edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat. Ini disampaikan saat rapat evaluasi masa tanggap darurat bencana Garut dengan Wakil Bupati, Komandan Tanggap Darurat, Basarnas, Sestama, Deputi Pencegahan dan Kesiapsiagaan BNPB dan pejabat SKPD setempat di Kodim 0611/Garut.
Pada Senin, 26 September 2016, tim SAR berhasil menemukan lagi satu korban hilang. Rencanany,a pada Selasa ini pencarian 19 korban yang masih hilang akan difokuskan di wilayah Waduk Jati Gede Kabupaten Sumedang. "Wilayah pencarian korban hilang diperluas hingga 40 kilometer dari Garut ke bagian hilir," kata Sutopo.
Pencarian akan menggunakan perahu karet, namun bisa dipastikan upaya ini akan terkendala oleh banyaknya sampah dan kayu yang masih berserakan. "Selain fokus pada pencarian korban, tim SAR juga sudah memfokuskan upaya pembersihan, khususnya di daerah Cimacan," kata Sutopo.
AMIRULLAH