TEMPO.CO, Jakarta - Meski erupsi tadi pagi, status Gunung Gamalama di Ternate, Maluku Utara, masih tetap Waspada atau level II. “Kami evaluasi hasilnya, tidak akan kami naikkan,” kata Kepala Bidang Pengamatan dan Penyelidikan Gunungapi, Pusat Vukanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Gede Suantika kepada Tempo, Rabu, 3 Agustus 2016.
Erupsi Gamalama terjadi pukul 06.28 WITA dengan tipe letusan eksplosif lemah. Gunung itu mengeluarkan abu berwarna putih dengan tinggi 500-600 meter yang tersebar ke arah tenggara hingga selatan. Sempat terdengar suara gemuruh tiga kali pada pukul 07.09, 07.12, dan 07.13. Hembusan abu mulai menurun pukul 06.55.
Sebelum meletus, BMKG mencatat gempa bumi tektonik berkekuatan 4,6 skala Richter berpusat 86 kilometer barat daya Halmahera Barat dengan kedalaman gempa 18 kilometer. “Selisihnya hanya sekitar setengah jam.”
Erupsi Gamalama diperkirakan dipicu oleh gempa bumi itu. Daerah sekitar Gunung Gamalama berada di lempeng yang aktif menghasilkan gempa bumi. “Aktivitas tektonik di sana aktif sekali.” Pulau-pulau di sekitar Gamalama, Halmahera, Ternate banyak sekali menghasilkan gempa-gempa tektonik lokal yang skalanya kecil, di bawah 4-5 skala Richter. Dalam satu bulan bisa terjadi gempa hingga 30-an kali.
Gede mengatakan, aktivitas tektonik itu pada akhirnya memicu aktivitas Gunung Gamalama. Peralatan di pos pengamatan gunung itu sudah mencatat fluktuasi gempa vulkanik yang dihasilkan oleh aktivitas gunung api itu. Gempa vulkanik mulai banyak terjadi pada 31 Agustus. Tadi pagi, gempa tektonik terjadi lagi. “Nah, setengah jam kemudian langsung meletus.”
Pascaletusan eksplosif lemah pagi tadi, aktivitas Gunung Gamalama kembali menurun. Rekaman seismik tidak menunjukkan peningkatan aktivitas kegempaan, bahkan cenderung kembali pada kondisinya sebelum terjadinya letusan itu. Tidak ada lagi hembusan abu dan diperkirakan tidak ada abu lagi. “Kami tadinya menunggu perkembangan apakah makin meningkat, ternyata menurun makin siang ini.” Sehingga PVMBG memutuskan tidak menaikkan status aktivitas Gunung Gamalama. Status Waspada atau level II ditetapkan sejak 10 Maret 2015.
“Sekarang, bandara sudah bisa dibuka lagi, tapi biasanya mereka menunggu abu yang ada di atas clear dulu,” kata Gede. Ia memperkirakan keadaan kondusif untuk penerbangan sekitar 24 jam berikutnya.
Ciri letusan Gunung Gamalama bertipe letusan eksplosif berupa hembusan abu disertai suara gemuruh. Jika kuat bisa terdengar suara dentuman. “Ini memang ciri khasnya, letusannya kecil-kecil. Tapi kalau letusan besarnya itu eskplosif,” kata dia.
Letusan pagi ini relatif lebih kecil dibandingkan letusannya yang tercatat terakhir terjadi pada 16 Juli 2015. Letusan kala itu sempat menghasilkan kolom abu hingga ketinggian seribu meter dan menyebabkan Bandara Sultan Babullah Ternate ditutup. Selepas letusan itu, status aktivitas gunung api itu ditetapkan Waspada.
AHMAD FIKRI