TEMPO.CO, Malang - Kepala Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) John Kennedie mengatakan pengamanan upacara Yadnya Kasada di Gunung Bromo oleh suku Tengger diperketat. Upacara dilangsungkan mulai Rabu malam, 20 Juli 2016, hingga puncaknya pada Kamis besok sekitar pukul 02.00 WIB.
Menurut John, pengetatan pengamanan dilakukan karena kondisi Gunung Bromo yang masih labil. Erupsi Bromo fluktuatif dan masih berstatus waspada (level II). Petugas memasang garis polisi di beberapa titik, terutama di sekitar lokasi seismograf dan tangga menuju kawah.
Garis polisi dipasang supaya warga dan pengunjung tidak sembarangan melintas selama upacara Kasada berlangsung. Akses ke kawah Bromo hanya berlaku bagi warga yang ingin mempersembahkan sesaji.
John menjelaskan, pengamanan dan pengawasan ekstra dilakukan demi kelancaran upacara Kasada serta keselamatan warga yang merayakan dan pengunjung yang menyaksikan. “Kami minta tolong polisi memasang garis polisi karena banyak pengunjung yang membandel dan nekat mendekati kawah Bromo saat erupsi. Mereka melanggar larangan yang kami buat,” ucap John, Rabu, 20 Juli 2016.
John berujar, TNBTS berkoordinasi dengan pemerintah daerah empat kabupaten (Probolinggo, Pasuruan, Lumajang, dan Malang). Pengamanan juga melibatkan kepolisian, TNI, Badan Penanggulangan Bencana Daerah, Dinas Pekerjaan Umum, puskesmas, serta tokoh masyarakat.
Personel keamanan dikonsentrasikan di empat pintu masuk Bromo, yakni Dusun Cemoro Lawang, Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo; Desa Wonokitri, Kecamatan Tosari, Kabupaten Pasuruan; Desa Ranupani, Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang; serta Coban Trisula, Desa Ngadas, Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang. Setiap pintu masuk dijaga warga lokal untuk mengenali warga setempat dan pengunjung.
Balai Besar TNBTS pun mendirikan beberapa pos di sejumlah titik. Mayoritas pos berlokasi di lautan pasir atau kaldera Bromo, yaitu di Watu Ungkuk, batas sungai, Pengol, sabana, Dingklik, puncak Penanjakan, dan kaki Gunung Batok, ditambah pos di Coban Trisula dan Jemplang, Desa Ngadas.
Kepala Seksi Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) Wilayah I Balai Besar TNBTS di Cemoro Lawang, Sarmin, menuturkan perayaan Kasada tahun ini diperkirakan tak seramai tahun-tahun sebelumnya. Jumlah pengunjung yang menyaksikan perayaan Kasada tahun-tahun sebelumnya paling sedikit 2000 orang. “Tahun ini, kami perkirakan sepi, karena musim liburan baru saja selesai,” katanya.
Sebelumnya, Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho menyampaikan sepuluh rekomendasi terkait dengan pelaksanaan upacara Kasada. Rekomendasi ini dibuat beberapa pemangku kepentingan, antara lain TNBTS, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, serta Badan Penanggulangan Bencana Daerah.
Beberapa hal yang direkomendasikan adalah warga Tengger dan semua pengunjung dilarang memasuki kawasan dalam radius 1 kilometer dari kawah aktif Gunung Bromo; kunjungan wisatawan hanya boleh sampai patok batas yang telah dibuat TNBTS; kegiatan lontar persembahan hanya dilakukan orang tertentu dan ditentukan dalam rapat koordinasi oleh ketua adat Desa Wonokitri dan Desa Ngadisari, serta dilakukan patrol 24 jam di lautan pasir Bromo sebelum ritual Kasada dimulai.
ABDI PURMONO