TEMPO.CO, Jakarta - Surabaya akan menjadi tuan rumah Preparatory Committee Meeting ketiga (PrepCom 3), yakni rangkaian acara terakhir menuju Konferensi Habitat III. Berbagai persiapan telah dilakukan pemerintah Surabaya untuk acara yang berlangsung pada 25-27 Juli 2016 itu.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharani mengatakan persiapan penyelenggaraan PrepCom 3 telah dilakukan setahun lalu. "Kami menyiapkan macam-macam," kata Risma di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Jakarta, Senin, 13 Juni 2016.
Pemerintah Surabaya menyiapkan tempat pertemuan dan kunjungan ke desa percontohan. Lokasi PrepCom 3 ditetapkan di Grand City Convex, dekat dengan Balai Kota Surabaya. "Jadi, setelah welcome dinner, peserta bisa berjalan kaki ke Balai Kota," tutur Risma.
Selama perjalanan ke Balai Kota, peserta akan disambut 194 reog. Risma memastikan, setiap negara bisa mengambil foto dengan reog tersebut.
Para peserta akan didampingi anak-anak sekolah yang bertugas sebagai lisence officer yang siap selama 24 jam. Dokter dan kendaraan pun disiapkan pemerintah Surabaya.
Selain itu, Surabaya akan menggelar festival kebudayaan di Sungai Kalimas, Surabaya. Dalam festival tersebut, akan ditampilkan makanan, tarian, musik, hingga pertunjukan wayang kulit, potehi, dan orang. Risma mengatakan festival layang-layang juga akan diselenggarakan untuk menyemarakkan acara. "Kami juga sediakan baju cak dan ning untuk dipakai berfoto di photo booth," tutur Risma.
Staf Ahli Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Bidang Sosial, Budaya, dan Peran Masyarakat, Lana Winayanti, mengatakan Surabaya dipilih sebagai tuan rumah karena berhasil membuktikan pembangunan perkotaan bisa melibatkan masyarakat. "Di sana, banyak kampung yang dipelihara sendiri oleh masyarakat," ucap Lana.
Ia mencontohkan Kampung Hijau atau Green Community. Warga kampung tersebut melakukan penghijauan dan menerapkan prinsip 3R (reuse, reduce, recycle)."Dengan begitu, mereka bisa memiliki pendapatan," tuturnya.
Lana mengatakan pemerintah Surabaya, yang menunjukkan kepedulian kepada warganya, menjadi alasan tambahan. Menurut Lana, banyak fasilitas umum yang nyaman dinikmati, bahkan oleh orang berkebutuhan khusus. Salah satunya jalur pedestrian yang dapat dilalui kursi roda.
Pemerintah Surabaya juga menyediakan Wi-Fi gratis di berbagai tempat. "Banyak kampung yang sudah memiliki broadband learning center," ucap Lana. Di sana, warga dapat belajar komputer, Internet, dan teknologi mutakhir.
Di Surabaya, banyak kampung tematik. Berawal dari kepedulian lingkungan, kampung-kampung berkembang menjadi kampung ekonomi. "Satu kampung menghasilkan satu produk," kata Risma.
Risma menyebutkan Surabaya memiliki Kampung Lontong, Kampung Batik, Kampung Tempe, Kampung Bordir, dan lainnya. Menurut Risma, pengembangan kampung mendorong perekonomian warga. Satu kampung setiap bulan, menurut Risma, mampu menghasilkan pendapatan Rp 150 juta.
Risma mengatakan para peserta akan diajak berkunjung ke kampung-kampung tersebut. Ia akan menunjukkan bagaimana sebuah desa memenuhi kebutuhannya sendiri. "Tak hanya produksi, ada lapangan hingga perpustakaan di kampung itu," tutur Risma.
PrepCom 3 merupakan wadah pembahasan dan negosiasi Rancangan Agenda Baru Perkotaan yang akan dibahas di Konferensi Habitat III. Konferensi tersebut berfokus terhadap perumahan dan perkotaan berkelanjutan serta perubahan iklim. Habitat III akan diselenggarakan di Quito, Ekuador, Oktober 2016.
VINDRY FLORENTIN