TEMPO.CO, Lumajang -Sejumlah warga di Desa Buluhrejo dan Tegalrejo yang menjadi korban banjir rob atau air laut pasang di pesisir pantai Selatan Lumajang masih trauma. Mereka masih takut kembali ke rumahnya dan memilih menginap di tempat penampungan yang disediakan perangkat desa setempat.
"Terutama ibu rumah tangga, anak-anak, dan warga usia lanjut kalau malam hari menginap di penampungan," kata Samsul, penduduk Desa Buluhrejo, Jumat, 10 Juni 2016. Tempat penampungan itu adalah bangunan Madrasah Ibtidaiyah Negeri Buluhrejo. Sedangkan untuk warga Desa Tegalrejo juga disediakan penampungan di Balai Dusun Jatibulu.
Samsul mengatakan beberapa rumah juga telah dibongkar dan tidak ditempati lagi karena takut banjir rob susulan kembali menerjang rumah mereka. "Sebagian besar memilih menginap di rumah saudara terdekat mereka." Penduduk yakin banjir rob akan kembali datang kendati sudah mulai mereda. Ombak sudah tidak lagi setinggi kemarin.
Kepala Bidang Kedaruratan, Rekontruksi dan Rehabilitasi, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lumajang, Paryono mengatakan menghadapi banjir rob Lumajang, ada 150 keluarga mengungsi ke rumah kerabat. “Khususnya lansia dan anak-anak," katanya.
Pria dewasa, kata Paryono masih bertahan di Tempat Pelelangan Ikan. "Sedang yang berada di MIN ada 40 orang." Sebagian warga yang mengungsi ke MIN Buluhrejo atau rumah saudaranya itu adalah warga dari Kampung Renteng di Desa Buluhrejo dan Dusun Tegal Banteng, Desa Tegalrejo. Di Desa Tegalrejo ada 20 kepala keluarga yang mengungsi di Balai Dusun Jatibulu.
Paryono mengakui banyak warga yang takut dan trauma dengan kejadian banjir rob ini. "Banyak yang takut, trauma ada susulan banjir rob." BPBC Lumajang, kata Paryono telah membagikan bantuan berupa makanan siap saji.
DAVID PRIYASIDHARTA