TEMPO.CO, Kuta - Wilayah pesisir di kawasan pantai Kuta dan Sanur, Bali, diterjang ombak tinggi. Di Pantai Sanur pada Rabu, 8 Juni 2016, sekitar pukul 12.00 Wita, ombak merendam seluruh bibir pantai. Sedangkan di Pantai Kuta, sekitar pukul 13.00 Wita, ombak mencapai ketinggian empat meter sehingga seluruh tepian pantai terendam. Bahkan, air laut juga mencapai jalan aspal yang dilalui kendaraan bermotor.
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Balai Besar Wilayah III Denpasar Wayan Suardana menjelaskan kenaikan gelombang tinggi ini merupakan siklus tahunan. Penyebabnya, kata dia, karena ada tekanan dari bagian barat pantai Australia yang memunculkan gelombang terus bergerak terdorong sampai ke wilayah selatan Indonesia. Kemudian, ia menambahkan, penyebabnya gelombang tinggi ini karena gaya tarik antara bumi dan bulan saat posisinya berada dalam satu garis.
"Hampir di seluruh pantai selatan, yaitu Jawa, Bali, dan NTT gelombang relatif tinggi melebihi dua meter, hari ini paling tinggi mencapai empat meter. Sedangkan di bagian utara relatif normal antara satu meter sampai satu setengah meter," katanya saat dihubungi Tempo, Rabu, 8 Juni 2016.
Suardana mengatakan gelombang tinggi yang melanda pesisir selatan Bali akan berlanjut sampai dua hari ke depan. "Di setiap daerah fluktuatif, tidak bersamaan terjadi. Berdasarkan pengamatan kami dari tanggal 5 Juni sampai 10 Juni ombak masih tinggi. Gelombang paling tinggi sering terjadi saat siang pukul 11.00-13.00 Wita," ujarnya. "Prediksi kami setelah tanggal 10 Juni ombak sudah mulai menurun."
Pedagang rujak dan makanan ringan di Pantai Kuta, Tumiati, 52 tahun, mengatakan ombak yang merendam Pantai Kuta membuat penghasilannya menurun drastis. "Turun banget, biasanya jualan dari pukul 09.00-13.30 sudah dapat Rp 100 ribu. Sekarang cuma Rp 10 ribu," kata Tumiati, yang sudah berjualan di Pantai Kuta sejak 1995.
Menurut pedagang asal Jember, Jawa Timur, itu kondisi ini membuatnya kesulitan untuk mengumpulkan uang selama Ramadan dan menjelang Hari Raya Idul Fitri. "Saya enggak nyangka sampai susah kayak begini, enggak ada modal yang balik, malah rasanya kayak bangkrut," ujarnya. "Biasanya saya pulang pukul 19.00, tapi sekarang siang pukul 14.00 saya sudah pulang karena tidak ada pembeli."
BRAM SETIAWAN