TEMPO.CO, Jakarta - Bekas Komandan Korps Pasukan Khusus (Kopassus) TNI Letnan Jenderal Purnawirawan Sintong Pandjaitan menampik jumlah korban tewas seusai peristiwa Gerakan 30 September 1965 mencapai ratusan ribu orang.
"Itu pembohongan," kata Sintong yang hadir dalam pembukaan Simposium Nasional bertajuk “Membedah Tragedi 1965”, di Hotel Arya Duta, Jakarta Pusat, Senin, 18 April 2016. "Kebohongan itu mencoreng harga diri kami sebagai RPKAD." Sintong mengaku menjadi komandan peleton dalam operasi itu.
Yayasan Penelitian Korban Pembunuhan 1965/1966 (YPKP 1965/1966) menyebut total korban pasca-peristiwa Gerakan 30 September 1965 mencapai jutaan. Tak banyak versi resmi pemerintah tentang jumlah korban tewas dalam operasi penumpasan anggota PKI.
Baca: Presiden Jokowi Didesak Minta Maaf kepada Korban 1965
Versi Pencari Fakta 1965
Presiden Sukarno pada Desember 1965 pernah membentuk Komisi Pencari Fakta, yang dipimpin Menteri Dalam Negeri Mayjen Soemarno. Hasilnya, jumlah korban 80 ribu jiwa. Namun Sukarno tak yakin jumlah itu dan menanyakan kepada anggota tim Oei Tjoe Tat. "Sekitar lima sampai enam kali lipat," kata Oei, seperti dikutip buku Gerakan 30 September oleh Julius Pour.
Presiden Soeharto dalam memoarnya pada 1971 pernah menjelaskan mengapa sampai jatuh korban pasca-G30S. Analisis penyebab banyaknya pembunuhan dijelaskan Soeharto dalam pidato tahun 1971. "Ribuan korban djatuh di daerah-daerah karena rakjat bertindak sendiri-sendiri, djuga karena prasangka-prasangka buruk antargolongan yang selama bertahun-tahun ditanamkan oleh praktek-praktek politik jang sangat sempit."
Baca: Lemhanas: Tragedi 1965 Jangan Seperti Tom and Jerry
Versi Komnas HAM
Komisi Nasional Hak Asasi Manusia pada 23 Juli 2012 memutuskan bahwa berbagai kekerasan setelah peristiwa 30 September 1965 merupakan pelanggaran berat hak asasi manusia. Ketua Tim Penyelidikan Pelanggaran Kemanusiaan 1965-1966 Nur Kholis mengatakan keputusan itu diambil berdasarkan hasil penyelidikan sejak 2008. “Bukti dan hasil pemeriksaan saksi menemukan terjadinya sembilan kejahatan yang masuk kategori kejahatan terhadap kemanusiaan,” kata Nur Kholis.
Menurut Nur Kholis, pengumpulan bukti dan pemeriksaan 349 saksi dilakukan di hampir seluruh wilayah Indonesia. “Kami ingin menunjukkan bahwa tindakan ini terjadi merata di Indonesia,” katanya. Jumlah korban menurut Komnas HAM di kisaran 500 ribu hingga 3 juta jiwa.
Sayang, berkas dari Komnas HAM dikembalikan Jaksa Agung pada tahun 2012 dengan alasan petunjuk belum cukup bukti memenuhi unsur pelanggaran HAM berat untuk dilanjutkan ke tahap penyidikan.
Baca: Presiden Jokowi Didesak Minta Maaf kepada Korban 1965
Versi Media Asing
Media Washington Post melalui wartawannya, Stanley Karnow, menyelidiki melalui perjalanan selama dua pekan di seluruh Jawa dan Bali. Hasilnya, seperti dikutip John Roosa di buku Dalih Pembunuhan Massa, Washington Post memperkirakan waktu itu setengah juta orang telah mati dibunuh.
New York Times pada Mei 1966 menuliskan jumlah korban tewas mencapai 300 ribu orang. New York Times beberapa bulan kemudian, seperti dipaparkan buku Dalih Pembunuhan Massa, kembali menyelidiki dan menyimpulkan jumlah korban mati seluruhnya lebih dari setengah juta orang.
Ramainya media Amerika Serikat memberitakan dugaan pembunuhan pasca-30 September itu sampai juga ke senator Robert F. Kennedy. Adik presiden John F. Kennedy itu pada pidato Januari 1966 mengkritik Presiden Amerika Serikat Lyndon Johnson yang diam saja terhadap kondisi Indonesia.
"Kita telah bersuara lantang terhadap pembantaian tak manusiawi yang dilakukan oleh kaum Nazi dan kaum Komunis. Namun apakah kita akan bersuara lantang pula terhadap pembantaian keji di Indonesia, yang lebih dari 100 ribu orang yang dituduh Komunis bukanlah pelaku melainkan korban?"
EVAN | PDAT | DIOLAH DARI BERBAGAI SUMBER