TEMPO.CO, Yogyakarta - Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X meminta tim pemerintah, yang membina anggota Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) di penampungan Youth Center, Sleman, pantang menyerah, meski mereka menolak dibina melalui kegiatan siraman rohani dan pembekalan kebangsaan di dalam kelas.
“Karena mereka sudah terbina (oleh Gafatar). Tapi, ya, jangan menyerah. Semua proses harus dilakukan,” kata Sultan saat ditemui di Kepatihan Yogyakarta, Selasa, 2 Februari 2016.
Menurut Sultan, tim pembina itu terdiri atas pemerintah DIY, polisi dan TNI, psikolog, serta agamawan. Mereka telah menyusun semacam kurikulum pembinaan. Semisal, untuk pengikut Gafatar yang berusia dewasa, ada pembinaan rohani dan wawasan kebangsaan. Sedangkan untuk anak-anak ada trauma healing, bermain, dan menonton film.
Sultan pun meminta tim memastikan anggota Gafatar mau dibina di dalam kelas. “Perlu waktu. Enggak cukup 3 hari. Enggak bisa ideologi kok dibina 3 hari,” kata Sultan.
Namun Sultan belum bisa menjawab langkah apa yang akan dilakukan selepas anggota Gafatar dikembalikan ke daerah masing-masing. Alasannya, dia belum mendapat laporan hasil pembinaan selama di Youth Center.
Selain itu, tim juga tengah mengidentifikasi anggota yang menjadi pengurus dan yang menjadi partisipan. “Pembinaan iya. Tapi kalau pengawasan, belum tentu, karena tidak ada unsur kriminalitasnya,” kata Sultan.
Begitu pula terhadap anggota Gafatar yang menolak dipulangkan dan meminta disediakan lahan garapan. Menurut Sultan, ada prosedurnya. Dia tidak serta-merta mengabulkan permintaan itu. “Harus negosiasi. Yang penting sekarang dibina dulu,” kata Sultan.
Kepala Badan Kesatuan Kebangsaan dan Politik DIY Agung Supriyono mengupayakan tidak ada tindakan diskriminatif yang dialami, baik oleh anggota Gafatar maupun masyarakat di lingkungan tempat tinggalnya. Masyarakat diminta waspada terhadap gerakan-gerakan serupa sehingga bisa melakukan pencegahan dini. Ia juga meminta masyarakat memahami kondisi yang dialami anggota Gafatar.“Yang terpenting saat ini adalah mengajak dialog dan pembinaan psikologis,” kata Agung. Menurut dia, camat, lurah, dukuh, hingga RT, dan RW turut dilibatkan.
Apabila kondisi psikologis anggota Gafatar telah kondusif, menurut Agung, akan mempermudah proses pembinaan selanjutnya. Sementara itu, setelah anggota Gafatar di Youth Center dipulangkan, kini kembali menunggu kedatangan anggota Gafatar dari Wisma Haji Donohudan di Boyolali.“Ada 40 orang di Donohudan. Kabarnya akan tambah tujuh orang lagi,” kata Agung.
PITO AGUSTIN RUDIANA