Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Umar Matali, Sahabat Bung Karno, Tutup Usia di Bangka

image-gnews
Patung perunggu berjudul Keberangkatan Pengasingan Presiden Soekarno Oleh Belanda ke Pulau Bangka karya Edhi Sunarso di ajang ARTJOG 2014, Taman Budaya Yogyakarta, pada Juni 2014. Dok. TEMPO/Suryo Wibowo
Patung perunggu berjudul Keberangkatan Pengasingan Presiden Soekarno Oleh Belanda ke Pulau Bangka karya Edhi Sunarso di ajang ARTJOG 2014, Taman Budaya Yogyakarta, pada Juni 2014. Dok. TEMPO/Suryo Wibowo
Iklan

TEMPO.COBangka Selatan - Cuaca cerah mengiringi berpulangnya H. Umar Matali bin Matali di Jalan Sriwijaya, Kecamatan Toboali, Kabupaten Bangka Selatan. Sahabat Presiden Sukarno dan Wakil Presiden Muhammad Hatta saat diasingkan di Pulau Bangka itu meninggal hari ini, Senin, 11 Januari 2016, sekitar pukul 06.00 WIB dalam usia 95 tahun.

Umar mengembuskan napas terakhir setelah selama setahun terakhir mengidap penyakit di punggungnya. Jenazah Umar dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum Pasiban di Jalan Sriwijaya, Kecamatan Toboali, Kabupaten Bangka Selatan.

Nama Umar Matali memang tidak sepopuler tokoh-tokoh pejuang di Indonesia. Namun kedekatannya dengan sang proklamator kemerdekaan Indonesia serta sepak terjangnya dalam melawan Belanda terdengar di seluruh pelosok pulau penghasil timah itu.

Pengamat sosial Bangka Selatan, Rusmin, menceritakan masyarakat setempat mengenal sosok Umar atau yang akrab disapa Pak U sebagai salah seorang pejuang kemerdekaan. Sewaktu berjuang mengusir penjajah, Pak U bersama rekannya, Alising, Karto Saleh, Said, Suhaili Toha, Iso Sahak, Hamid, dan Abdurahman, bergabung sebagai anggota Tentara Keamanan Rakyat Batalion 2 Markas Bangka.

"Almarhum pernah bertempur melawan Belanda di Toboali, tepatnya di depan Benteng Toboali dan depan Gedung Nasional. Dari delapan rekannya, hanya beliau yang selamat dari penyerbuan itu," ujar Rusmin kepada Tempo.

Rusmin mengisahkan pada 1946 Umar sempat ditangkap Belanda dan beberapa kali pindah penjara. "Setahun setelah ditangkap, Umar Matali dipindahkan ke tahanan Kota Pangkalpinang, lalu dipindahkan ke sel di Kota Mentok. Tak lama kemudian dikirim ke penjara Glodok. Selama di penjara Mentok itulah beliau berkenalan dengan Bung Karno dan Bung Hatta yang saat itu sama-sama ditawan Belanda," ujarnya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Almarhum Umar Matali, kata Rusmin, pernah menceritakan bahwa Bung Karno selalu mengobarkan semangat perjuangan tanpa kenal lelah walaupun dalam penjara. Pertemuannya dengan Bung Karno dan Bung Hatta menambah semangat vitalitas mudanya untuk terus berjuang demi tumpah darahnya, Indonesia dan Merah Putih.

"Seusai dibebaskan Belanda pada 1951, semangat perjuangannya tetap tak pernah luntur untuk Indonesia. Semangat nasionalismenya amat tinggi dan besar," ujarnya.

Rusmin menambahkan pada 2005 Umar Matali mendapat penghargaan dari Radio Elshinta Jakarta dalam program Elshinta Peduli Pejuang. Kendati tak pernah mendapat pengakuan secara resmi dari pemerintah, Umar Matali dikenal sebagai pahlawan bagi masyarakat Bangka Selatan. "Menyebutkan pahlawan sebagai bentuk legitimasi yang tulus dan pengakuan atas jerih payahnya tanpa pamrih dalam membela negara dan Merah Putih," ujarnya.

SERVIO MARANDA

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

25 Link Twibbon untuk Semarakkan Hari Kartini 2024

5 hari lalu

Raden Ajeng Kartini. Wikipedia/Tropenmuseum
25 Link Twibbon untuk Semarakkan Hari Kartini 2024

Pemerintah Sukarno memilih hari Kartini untuk diperingati sebagai momentum khusus emansipasi wanita


Pembentukan Pramuka di Indonesia: Dari Era Belanda hingga Presiden Sukarno

24 hari lalu

Sejumlah anggota Pramuka melakukan atraksi tongkat pada upacara pembukaaan Jambore Nasional Gerakan Pramuka di Buperta Cibubur, Jakarta, Minggu, 14 Agustus 2022. Jambore Nasional Gerakan Pramuka yang berlangsung pada 14 hingga 21 Agustus 2022 ini digelar dengan tema Ceria, Berdedikasi dan Berprestasi bertujuan membentuk sikap, perilaku, keterampilan, dan pengalaman kode kehormatan Pramuka Satya dan Darma Pramuka. ANTARA FOTO/Asprilla Dwi Adha
Pembentukan Pramuka di Indonesia: Dari Era Belanda hingga Presiden Sukarno

Ekskul Pramuka di sekolah bakal bersifat sukarela seiring dengan Permendikbudristek Nomor 12 Tahun 2024. Berikut sejarah panjang Pramuka di Indonesia.


Rangkaian Momen Sebelum Soeharto Naik Menjadi Presiden Gantikan Sukarno 56 Tahun Lalu

29 hari lalu

Letjen Soeharto (kiri), Soekarno, Sultang Hamengku Buwono IX, dan Adam Malik pada rapat Kabinet Ampera1, 25 Juli 1966. Dok. Rusdi Husein
Rangkaian Momen Sebelum Soeharto Naik Menjadi Presiden Gantikan Sukarno 56 Tahun Lalu

Naiknya Soeharto sebagai presiden menggantikan Sukarno berawal dari kemelut politik yang rumit pasca peristiwa G30S


Solihin GP Wafat, Pj Wali Kota Bandung Kenang Kiprah Mang Ihin Atasi Krisis Pangan Lewat Gogo Rancah

52 hari lalu

Solihin GP dan Presiden Soeharto (Dok. Facebook/Sejarah Sunda)
Solihin GP Wafat, Pj Wali Kota Bandung Kenang Kiprah Mang Ihin Atasi Krisis Pangan Lewat Gogo Rancah

Tokoh Jawa Barat Solihin GP yang akrab disapa Mang Ihin itu meninggal saat perawatan di Rumah Sakit Advent Bandung.


Kisah Solihin GP Rayakan Ulang Tahun Ke-80 di Unpad, Ingatkan Pentingnya Pemberantasan KKN

52 hari lalu

Susi Pudjiastuti berbincang dengan mantan Gubernur dan sesepuh Jawa Barat Solihin GP atau Mang Ihin saat penganugerahan Doktor Kehormatan untuk Jusuf Kalla di Bandung, Senin, 13 Januari 2020. Mang Ihin juga disebut sebagai
Kisah Solihin GP Rayakan Ulang Tahun Ke-80 di Unpad, Ingatkan Pentingnya Pemberantasan KKN

Solihin GP mengajak masyarakat kembali ke konsep dasar dalam mengelola lingkungan hidup.


Tokoh Jawa Barat Solihin GP Meninggal di Bandung

52 hari lalu

Susi Pudjiastuti meluapkan rasa rindunya pada mantan Gubernur dan sesepuh Jawa Barat Solihin GP atau Mang Ihin saat penganugerahan Doktor Kehormatan untuk Jusuf Kalla di Bandung, Senin, 13 Januari 2020. Mang Ihin menjadi Gubernur Jawa Barat pada tahun 1970-1975. TEMPO/Prima Mulia
Tokoh Jawa Barat Solihin GP Meninggal di Bandung

Mantan Gubernur Jawa Barat yang juga pendiri Dewan Pemerhati Kehutanan dan Lingkungan Tatar Sunda (DPKLTS) Solihin GP wafat di usia 97 tahun.


Mengenang 31 Tahun Mohammad Natsir Berpulang: Menengok Ide Negara dan Agama

7 Februari 2024

Mohammad Natsir. Dok.TEMPO/Ali Said
Mengenang 31 Tahun Mohammad Natsir Berpulang: Menengok Ide Negara dan Agama

Mohammad Natsir merupakan pemikir, politikus, sekaligus pendakwah.


Klaim Prabowo soal Food Estate: Pemikiran Strategis Bung Karno

31 Januari 2024

Presiden Joko Widodo (kedua kanan) didampingi Menteri Pertahanan Prabowo Subianto (kanan) meninjau lahan yang akan dijadikan
Klaim Prabowo soal Food Estate: Pemikiran Strategis Bung Karno

Prabowo Subianto heran mengapa banyak tokoh nasional yang mempertanyakan urgensi food estate.


Cendekiawan Ignas Kleden Berpulang setelah Dua Tahun Mengidap Gangguan Ginjal

22 Januari 2024

Ignas Kleden. TEMPO/Subekti
Cendekiawan Ignas Kleden Berpulang setelah Dua Tahun Mengidap Gangguan Ginjal

Ignas Kleden dikenal sebagai sosok sastrawan, sosiolog, dan kritikus sastra asal lores Timur.


Jenazah Lukas Enembe Disambut Tangisan Ratapan Suku Sentani di Jayapura

28 Desember 2023

Masyarakat Adat Suku Sentani dan seluruh masyarakat Kampung Harapan di Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua melakukan prosesi tangisan meratap (hela-hili) di depan Gedung Stadion Lukas Enembe dan Gereja GKI Filadelfia di Kampung Harapan, Distrik Sentani Timur, Kabupaten Jayapura, Papua, Kamis, 28 Desember 2023. ANTARA/Agustina Estevani Janggo
Jenazah Lukas Enembe Disambut Tangisan Ratapan Suku Sentani di Jayapura

Dantje Nere mengatakan masyarakat adat yang juga sebagai warga jemaat GKI Filadelfia Kampung Harapan setempat sangat merasa kehilangan Lukas Enembe.