TEMPO.CO, Majalengka - Selama 2015 terjadi peristiwa bencana alam hingga 129 kali di Kabupaten Majalengka. Bahkan baru sepekan tahun ini berjalan, sudah terjadi tiga kali bencana di daerah tersebut.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Bencana BPBD Kabupaten Majalengka, Ano Sumarno, menjelaskan jika baru sepekan memasuki tahun 2016, sudah terjadi 3 kali longsor di Kabupaten Majalengka. Diantaranya longsor yang menimbun satu rumah warga dan beberapa hektar sawah milik warga di Desa Ujungberung, Kecamatan Sindangwangi, Kabupaten Majalengka beberapa waktu lalu. Ada pun kerugian akibat 3 kali bencana alam yang sudah terjadi selama sepekan ini mencapai sekitar Rp 50 juta.
Sedangkan sepanjang 2015 lalu menurut Ano sudah terjadi sebanyak 129 peristiwa bencana di Kabupaten Majalengka. “Taksiran kerugian material sekitar Rp 18 miliar,” kata Ano. Nilai kerugian tersebut menurut Ano naik dibandingkan 2014 lalu yang hanya sekitar Rp 6 miliar.
Tingginya kerugian akibat bencana alam sepanjang 2015 salah satunya dikarenakan terjadinya banjir besar yang menimpa 10 kecamatan di Kabupaten Majalengka pada Maret 2015 lalu. Banjir yang cukup besar tersebut sangat mengagetkan masyarakat dan datangnya pun terjadi secara mendadak. Banyak fasilitas umum yang juga rusak akibat terjangan banjir besar pada Maret 2015 lalu.
Selain banjir, kerugian terbesar lainnya berasal dari bencana longsor yang terjadi selama Januari hingga Februari 2015 lalu. Seperti diketahui, Januari hingga Maret di wilayah Cirebon merupakan puncak musim hujan, sehingga membuat lapuk tanah di kawasan-kawasan yang tanahnya sudah dinyatakan labil oleh Badan Geologi. Longsor tersebut diantaranya terjadi di Kecamatan Sidamukti, Sindangwangi, Malausma, Argapura dan Lemahsugih.
Ditambahkan Ano, Kabupaten Majalengka disebutkan oleh BNPB sebagai daerah yang rawan bencana alam. Bahkan dari pemetaan, Kabupaten Majalengka menempati urutan ke 16 daerah rawan bencana alam dari 497 kabupaten dan kota di Indonesia. Sedangkan dalam lingkup Jawa Barat, Kabupaten Majalengka menempati urutan ke 7 daerah rawan bencana alam. Karenanya masyarakat yang ada di daerah rawan bencana, baik longsor maupun banjir pun diminta untuk selalu waspada, terutama saat intensitas hujan turun cukup tinggi.
Forecaster pada BMKG Stasiun Jatiwangi, Kabupaten Majalengka, Ahmad Faa Iziyn, mengungkapkan jika puncak musim hujan diperkirakan terjadi antara pertengahan Januari atau pertengahan Februari mendatang. “Saat ini memang sudah memasuki musim hujan, namun intensitasnya masih normal,” kata Faiz. Curah hujan saat ini masih berkisar 150 hingga 300 mili meter/bulan. Sehingga tidak akan sampai menimbulkan banjir. Namun menurut Faiz, banjir tidak semata-mata diakibatkan curah hujan tinggi, namun juga kondisi di satu daerah juga saluran irigasi yang tidak pernah dibersihkan.
IVANSYAH