TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Intelijen Negara Sutiyoso sempat berpesan kepada keluarganya sebelum menemui pimpinan kelompok bersenjata Aceh, Nurdin bin Ismail alias Din Minimi. Ia mengirimkan pesan pendek kepada putranya untuk mengikhlaskannya bila terjadi sesuatu yang tak diinginkan selama menemui Din Minimi.
"Supaya salah satu keluarga saya tahu kalau misal saya ada apa-apa. Wah, mereka malah jadi ketakutan," kata Sutiyoso saat dihubungi Tempo, Jumat, 1 Januari 2016.
Sutiyoso menceritakan proses negosiasi seperti Din Minimi bukan pertama kalinya ia alami. Selama 25 tahun bertugas di Kopassus dan Kostrad, ia kerap dihadapkan dengan suasana mencekam yang siap merenggut nyawanya. "Sama halnya dengan Din Minimi, nyawa saya sebagai taruhannya. Ini tidak main-main."
Saat proses negosiasi, Sutiyoso menjanjikan akan membantu Din mengajukan amnesti kepada Presiden Joko Widodo. Kepada Din, ia berujar telah berkoordinasi dengan Presiden, Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Yasonna Laoly, serta Komisi Hukum Dewan Perwakilan Rakyat. "Saya optimistis Presiden akan mengabulkan amnesti untuk Din," ujarnya.
Din beserta kelompoknya menyerahkan diri kepada aparat keamanan di Provinsi Aceh, pada Selasa, 29 Desember 2015. Mereka meminta pemberian amnesti bagi 120 anggotanya di lapangan dan 30 anggota lainnya yang sudah ditangkap.
Kepala Kepolisian Daerah Aceh Inspektur Jenderal Husein Hamidi menilai menyerahnya Din Minimi karena terdesak operasi yang dilakukan polisi dan TNI dalam mengejar kelompok kriminal bersenjata itu.
Menurut Husein, selama ini Din Minimi bersama 20 pengikutnya terus diburu karena diduga melakukan sejumlah aksi kejahatan. “Karena sudah terdesak oleh pengejaran aparat Polri dan TNI, akhirnya berupaya mencari perlindungan, menyerahkan diri kepada Kepala BIN."
DEWI SUCI RAHAYU | ADI WARSIDI