TEMPO.CO, Banda Aceh - Para Nelayan di Aceh memilih tidak melaut untuk memperingati 11 tahun bencana tsunami. Mereka akan menggelar doa bersama. Seperti yang terlihat di bantaran sungai Lampulo, Banda Aceh, para Nelayan terlihat mulai memarkirkan boat mereka di Dermaga, Jumat, 25 Desember 2015.
Salah seorang nelayan di Alue Naga, Banda Aceh, M. Yatim mengatakan, nelayan akan menggelar zikir dan doa di masjid untuk mengenang keluarganya yang menjadi korban tsunami. "Juga akan ke kuburan massal untuk mendoakan arwah keluarga,” kata Yatim, Jumat, 25 Desember 2015.
Baca juga:
Sekretaris Panglima Laot Aceh - lembaga adat Nelayan Aceh - Miftahuddin Cut Adek mengatakan, seluruh Panglima Laot Lhok (wilayah) di seluruh Aceh sudah diperingatkan untuk absen melaut. "Kesepakatan bersama sejak dulu, hari peringatan tsunami adalah hari pantang melaut," katanya.
Menurut dia, para nelayan biasanya akan menggelar doa bersama dan melakukan kegiatan bermanfaat lainnya untuk mengenang korban tsunami. Para nelayan, akan kembali melaut pada 27 Desember 2015. "Jadi nelayan tak melaut dua hari," katanya.
Miftah mengatakan, berdasarkan aturan adat laut Aceh, nelayan juga dilarang melaut pada hari Jumat. Sesuai hukum adat, sepanjang tahun nelayan Aceh mempunyai 59 hari pantang melaut. Selain hari Jumat dan peringatan tsunami, juga hari raya dan hari-hari besar lainnya.
Nelayan Aceh paling merasakan bencana tsunami 2004 lalu. Data Panglima Laot, sebanyak 80 ribu nelayan dan keluarganya menjadi korban tsunami. Jumlah korban jiwa keseluruhan di Aceh mencapai 200 ribu.
ADI WARSIDI