TEMPO.CO, Karawang - Pada pekan terakhir Bulan Menanam Nasional (BMN), Kepala Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup (BPLH) Karawang Setyadharma menyebut kawasan industri Karawang sebagai biang keladi kerusakan lingkungan dan perubahan cuaca. "Perusahaan di kawasan industri harus menyumbang pohon untuk penghijauan karena mereka yang punya dosa," ujarnya saat ditemui Tempo dalam acara penanaman pohon, Selasa, 22 Desember 2015.
Kepala BPLH Setyadharma mengatakan pihaknya meminta sumbangan pohon kepada 50 perusahaan di seluruh kawasan industri. "Paling sedikit ada yang menyumbang 50 pohon. Mereka wajib menyumbang pohon untuk menebus dosa pencemaran," katanya.
Dalam kesempatan itu, BPLH menanam 10 ribu pohon di danau Perumahan Bintang Alam, Telukjambe Timur. Setyadharma berharap kawasan danau seluas 3 hektare tersebut akan menjadi sebuah kawasan yang hijau dan nantinya dapat menjadi sebuah potensi wisata di Karawang.
Acara itu turut dihadiri Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat Mayor Jenderal Edy Rahmayadi dan pelaksana tugas Bupati Karawang, Cellica Nurrachadiana. Setyadharma mengatakan lahan danau tersebut merupakan lahan hibah dari PT Karawang Sukses Makmur untuk ditanami sejumlah pohon. Mereka menghendaki pihaknya menanam pohon guna pelestarian penghijauan di Karawang.
Pada hari yang sama, Karawang International Industrial City (KIIC) menanam 15 ribu pohon di 23 titik rawan penghijauan yang tersebar di seluruh wilayah Karawang, Jawa Barat. Bambang Sugeng, Public relations (PR) KIIC, mengatakan pihaknya telah melakukan kerja sama dengan berbagai lapisan masyarakat untuk melakukan penghijauan selama Desember 2015.
"Ada dengan LSM lingkungan, sekolah, pihak pemerintah desa, militer, dan instansi pemerintahan," katanya setelah melakukan penanaman di Desa Mekarmulya, Telukjambe Barat.
Bambang mengatakan pihaknya concern dalam memberikan upaya perbaikan lingkungan di Karawang, salah satunya melalui penanaman pohon di beberapa wilayah. "Macam-macam para komunitas tersebut meminta pohon, tapi yang terbanyak adalah di Desa Mekarmulya ini, yang berjumlah 2100 pohon. Menjadi fokus karena desa ini merupakan salah satu desa paling rawan banjir dan pencemaran udara dengan banyaknya usaha pembakaran batu bata," tuturnya.
HISYAM LUTHFIANA