TEMPO.CO, Surabaya-Aktivis peduli hukum yang mengatasnamakan diri Masyarakat Surabaya untuk Profesionalisme Polri mendatangi Markas Kepolisian Resor Kota Besar Surabaya, Jumat, 4 Desember 2015.
Mereka mengumpulkan koin untuk kepolisian yang lamban menangani kasus kecelakaan Lamborghini yang menewaskan satu orang dan melukai dua orang lainnya.
Koordinator aksi, Muhammad Sholeh mengatakan Polrestabes Surabaya seakan mengistimewakan kasus ini karena tersangka Wiyang Lautner, pengemudi mobil super mewah itu tidak di sel. Alasan polisi yang tidak menahan tersangka dinilai tidak masuk akal. “Masa hanya dengan alasan pusing dan sakit seperti itu tidak ditahan,” kata Sholeh kepada wartawan dalam aksinya.
Menurut Sholeh, semua orang yang akan ditahan pasti beralasan pusing dan sakit. Ia juga menjelaskan pengalamannya yang pernah ditahan akibat sering demonstrasi pada saat mahasiswa. “Pasti tiap hari pusing, wong di tahanan tidak bisa ke mana-mana.”
Sholeh berharap dalam kasus ini tidak terjadi seperti kasus yang dialami oleh anak Ahmad Dhani dan anak Hatta Rajasa yang juga pernah menabrak warga dan tidak ditahan. Polisi, kata dia, harus bisa bertindak profesional dalam menjalani semua kasus yang terjadi. Jangan sampai terkesan hukum itu tajam ke bawah dan tumpul ke atas. “Kita semua tahu lah, kalau pengemudi lamborghini itu orang kaya, bukan berarti lantas dianakemaskan.”
Selama ini, lanjut dia, kinerja Polrestabes Surabaya sudah cukup baik. Dia berharap polisi tidak mencoreng reputasinya dengan kasus yang menjerat anak orang kaya itu. Ia berharap Polrestabes mengusut tuntas kasus ini dan menahan pengemudi Lamborghini itu.
Seusai mengumpulkan beberapa koin, beberapa aktivis itu menyerahkannya kepada Kepala Subbagian Hubungan Masyarakat Polrestabes Surabaya, Ajun Komisaris Lyli Djafar. Namun, koin itu ditolak oleh Lyli lantaran hanya sedikit. “Kalau banyak saya akan terima,” kata dia.
Suasana pun memanas. Karena aspirasi dari para aktivis peduli hukum itu ditolak. Tapi mendadak Kepala Satuan Reserse Kriminal Polrestabes Surabaya, Ajun Komimsaris Besar Takdir Mattanette datang dan bersedia menerima koin itu. Para aktivis itu menyampaikan terimakasih dan bersedia membubarkan diri.
MOHAMMAD SYARRAFAH