TEMPO.CO, Lumajang - Suasana Lumajang pada Jumat, 6 November 2015, tepat 40 hari setelah kematian aktivis tambang Salim Kancil, sempat memanas. Pasalnya, ada dua acara istighosah untuk memperingati kematian Salim, yang diadakan di dua lokasi terpisah.
Acara pertama berlangsung di Masjid Mujahidin, Desa Selok Awar-awar, Kecamatan Pasirian, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur. Berdasarkan informasi yang dihimpun Tempo, acara istighosah itu diselenggarakan oleh Pengurus Cabang Nahdatul Ulama Kabupaten Lumajang. Istighosah digelar setelah salat Jumat.
Pada saat bersamaan, warga Desa Selok Awar-awar juga menggelar istighosah di Pantai Watu Pecak.
Akibat adanya dua acara istighosah dengan waktu yang bersamaan, Wakil Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf, yang biasa disapa Gus Ipul, sampai harus melakukan pertemuan tertutup dengan jajaran Musyawarah Pimpinan Daerah (Muspida) Kabupaten Lumajang, Komisi Pertambangan DPRD Jawa Timur, serta Abdullah Al Kudus, salah seorang anggota tim advokasi warga Desa Selok Awar-awar.
Dari pertemuan itu diputuskan, Gus Ipul batal menghadiri istighosah di Desa Selok Awar-awar. Alasannya, desa itu sedang dalam tahap cooling down. Untuk menghindari kesalahpahaman, Gus Ipul menyebutkan kehadirannya di Desa Selok Awar-awar ditunda. Apalagi, ada dua acara istighosah dalam waktu yang sama. "Sementara ditunda dulu, supaya kondusif dulu suasananya. Jangan sampai karena saya datang, situasi malah sebaliknya," katanya, Jumat, 6 November 2015.
Setelah bertemu Muspida Kabupaten Lumajang, Gus Ipul menemui Tosan dan Abdul Hamid, rekan Salim Kancil sesama aktivis antitambang, di Pendopo Kabupaten Lumajang. Setelah itu, Gus Ipul menunaikan salat Jumat di Masjid Agung Anas Mahfud, Lumajang.
Sementara itu, Abdullah Al Kudus, yang biasa disapa Aak, menjelaskan situasi di Desa Selok Awar-awar memang sempat agak memanas. Satu jam sebelum warga menggelar istighosah di Pantai Watu Pecak, tiba-tiba muncul spanduk NU tentang istighosah di Masjid Masjid Mujahidin. “Spanduk itu membingungkan karena tidak ada koordinasi dengan warga,” ujarnya.
Aak mengatakan, akibat spanduk itu, situasi di Selok Awar-awar menjadi tidak kondusif. Kepolisian Lumajang akhirnya menyarankan agar Gus Ipul tidak ke Selok Awar-awar.
Aak menjelaskan, penggagas maupun penyelenggara acara istighosah di Pantai Watu Pecak adalah warga Desa Selok Awar-awar. Acara ini pun sudah direncanakan setengah bulan yang lalu. Undangan disebar melalui media sosial. Namun tiba-tiba muncul spanduk yang mengatasnamakan NU Lumajang.
“Warga dibuat bingung dan merasa terganggu. Seolah-olah terjadi perpecahan di antara warga. Padahal semua pihak menginginkan suasana yang damai di Selok Awar-awar,” ucap Aak.
Sebelumnya, terjadi teror terhadap Abdul Hamid oleh adik salah seorang tersangka pelaku penganiayaan terhadap Salim Kancil. Pelaku yang menggunakan sepeda motor mendatangi rumah Abdul Hamid dan mengancam akan membunuh Abdul Hamid. Pelaku sempat melempari kaca jendela rumah Abdul Hamid sebelum pergi dengan sepeda motornya.
DAVID PRIYASIDHARTA