TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Dewan Riset Nasional Bambang Setiadi mengatakan penyebab sulitnya pemadaman api lebih karena gambut yang kehilangan air.
"Gambut itu tanaman yang mengandung 90 persen air, sehingga yang perlu dilakukan adalah mencegah gambut kehilangan air," ujar Bambang, Selasa, 20 Oktober 2015.
Bambang mengatakan gambut akan mempengaruhi air tanah, sehingga persoalan gambut merupakan persoalan air. Menurutnya, tugas penangkap air dalam gambut tidak berfungsi lagi, karena banyak terjadi penebangan liar, dan pembuatan kanal-kanal yang mengeringkan air.
"Jika tidak ada perubahan paradigma pengelolaan gambut, kebakaran akan terulang tahun depan," ujar Bambang. Bambang menambahkan, jika masalah memerlukan bantuan ahli tata kelola air di lahan gambut.
BPPT dalam kaitannya dengan teknologi bisa membantu dalam penanganan lahan gambut ini dibutuhkan sebuah upaya penyuburan tanpa pembakaran lahan gambut. "Gambut mempunyai prospek sehingga yang bisa dilakukan adalah menyuburkan gambut," tutup Bambang.
Gambut menjadi masalah serius. Menurut tim pemadam kebakaran hutan, gambut yang sudah dipadamkan biasanya akan terbakar kembali. Dan asap pekat yang sekarang memenuhi udara Riau adalah hasil dari lahan gambut yang dipadamkan air karena terbakar.
ARIEF HIDAYAT