Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

G30S 1965 dan Pasukan Sipil Serba Hitam Membasmi PKI

Editor

Sunu Dyantoro

image-gnews
Amaroso Katamsi, yang berperan sebagai Suharto, dalam film G30S/PKI. Dok. TEMPO. Maman Samanhudi.
Amaroso Katamsi, yang berperan sebagai Suharto, dalam film G30S/PKI. Dok. TEMPO. Maman Samanhudi.
Iklan

TEMPO.CO, Banyuwangi - Hanif Risa Mustafa dalam tesis Pascasarjana Program Studi Sejarah Universitas Gadjah Mada berjudul “Konflik Elit dan Kekerasan Arus Bawah: Pergolakan Politik 1965 di Banyuwangi” menuliskan, bahwa organisasi kemasyarakatan  non-komunis yang membentuk sejumlah kesatuan melakukan lebih dulu aksi menumpas Partai Komunis Indonesia. Gabungan Pemuda Ansor dan Pemuda Marhaenisme yang membentuk Front Bersatu membakar rumah-rumah yang bertuliskan BTI (Barisan Tani Indonesia) pada 11 Oktober. Empat hari berikutnya, mereka merusak toko-toko milik anggota PKI di sekitar alun-alun Banyuwangi. (Lihat video Cerita di Balik Film ‘PKI’, Disebut Berbahaya, Inilah Fakta Lagu Genjer-Genjer)

Pada tanggal 16 Oktober, konsolidasi kekuataan kelompok Nahdlatul Ulama, militer dan Partai Nasional Indonesia menghasilkan sebuah rapat akbar yang berlangsung di Lapangan Blambangan. Rapat ini, kata Hanif, berkembang menjadi ajang pendoktrinan masyarakat.  Ribuan massa membanjiri alun-alun dan mendengarkan pidato beberapa elite masyarakat seperti Komandan Komando Distrik Militer Joko Supaat Slamet, Abdul Latif Suja’ dari NU dan Soekmadi dari PNI.

Baca juga: G30S 1965, Lolos Eksekusi Mati Ditolong Tokoh Muhammadiyah

Pada rapat akbar itu, Djoko Supaat Slamet menyampaikan bahwa PKI bertanggung jawab atas para jenderal yang dibunuh dalam Lubang Buaya.  “Kemudian dilanjutkan oleh Abdul Latif Suja’, yang menyatakan bahwa membunuh PKI sama dengan berjihad melawan orang-orang kafir,” kata Hanif kepada Tempo, Ahad 20 September 2015.

Dua hari setelah rapat akbar tersebut, Gerakan Pemuda Ansor dan Gerakan Pemuda Marhaen melakukan operasi pembersihan ke Desa Karangasem yang menjadi basis PKI. Mereka menaiki 10 truk, 5 jeep dan lima puluh sepedah motor yang dipimpin oleh Mursid dari Ponpes Minhajut Thullab, Muncar. Rupanya rencana penyerangan ini sudah didengar oleh warga Desa Karangasem. Sehingga mereka menyiapkan strategi untuk pertahanan. Bentrok fisik pun akhirnya tak terhindari, yang mengakibatkan kekalahan dari Pemuda Ansor dan Marhaen.

Baca juga:Pendiri Banser Bicara G30S 1965: Musuh Abadi Kami PKI!

Tragedi Karangasem ini makin memicu kemarahan dari kelompok non-komunis. Berikutnya pimpinan organisasi politik non-PKI seperti PNI, NU, Katolik, Protestan, Perti, Muhammadiyah dan Al Irsyad mendirikan Badan Kordinasi Komando Siaga (BKKS).

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kemudian pada tanggal 30 Oktober, BKKS bertransformasi menjadi Badan Komando Siaga (BKS). BKS dibentuk di setiap desa yang kordinator utamanya dari pihak militer, khususnya angkatan darat.  “Secara tidak langsung BKS ini menjadi tameng awal TNI , untuk melakukan pembantaian besar-besaran di Banyuwangi secara terstruktur,” kata Hanif yang baru saja lulus kuliah pascasarjana itu.

Seminggu setelah BKS berdiri, kata Hanif, dibentuk pula pelaksana pembantu utama Penguasa Pelaksana Dwikora Daerah (Pepelrada) di Banyuwangi. Pepelrada pada awalnya dibentuk oleh Presiden Sukarno dalam dekrit 14 September 1964 yang berfungsi sebagai pengawas dalam semua kegiatan yang berhubungan dengan
Konfrontasi Malaysia. Namun setelah G30S meletus, Pepelrada beralih fungsi menjadi badan pengawas pelarangan kegiatan partai maupun organisasi yang terkait dengan PKI. BKS dan Pepelrada tersebut merupakan cikal-bakal Babinsa pada era Orde Baru.

Selain pelembagaan struktural, muncul pula pasukan lain bernama “Gagak Hitam” yang bercirikan pakaian serba hitam. Pasukan “Gagak Hitam” merupakan pasukan gabungan masyarakat sipil yang memiliki keahlian bela diri. Kelompok ini melakukan pengejaran dan pembunuhan bagi mereka yang terkait dan terlibat langsung dalam partai komunis. Gagak Hitam berada di garda paling depan untuk melakukan eksekusi terhadap orang-orang tertuduh komunis.

IKA NINGTYAS

 Baca juga:
TNI  & G30 September 1965: Inilah 5 indikasi Keterlibatan Amerika!

EKSKLUSIF G30S 1965: Begini Pengakuan Penyergap Ketua CC PKI Aidit

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Digelar Tiga Hari, Festival Pecinan Banyuwangi Angkat Kuliner dan Kesenian Khas Tionghoa

55 hari lalu

Pecinan Street Food menyuguhkan beragam atraksi seni hingga aneka kuliner khas Tionghoa selama tiga hari sejak Jumat, 23-25 Februari 2024 di di Tempat Ibadah Tri Dharma Hoo Tong Bio, Kecamatan Banyuwangi. (Diskominfo Kabupaten Banyuwangi)
Digelar Tiga Hari, Festival Pecinan Banyuwangi Angkat Kuliner dan Kesenian Khas Tionghoa

Festival Pecinan yang digelar tiga hari, 23-25 Februari 2024, menunjukkan bagaimana keguyuban dan keramahan semua etnis yang ada di Banyuwangi.


Kupas Tuntas Suku Osing, Penduduk Asli Banyuwangi

28 Desember 2023

Warga melintas di gapura Desa Adat Osing Kemiren, Banyuwangi, Jawa Timur. ANTARA/Budi Candra Setya
Kupas Tuntas Suku Osing, Penduduk Asli Banyuwangi

Dengan warisan tradisi, bahasa, seni, dan kepercayaan yang unik, Suku Osing di Banyuwangi membentuk identitas budaya yang kaya dan beragam.


Libur Nataru ke Mana? Deretan Rekomendasi 9 Wisata Pantai di Banyuwangi

27 Desember 2023

Pantai Grajagan, Banyuwangi. Banyuwangitourism.com
Libur Nataru ke Mana? Deretan Rekomendasi 9 Wisata Pantai di Banyuwangi

Destinasi pantai di Banyuwangi adalah surga yang tak boleh dilewatkan bagi pencinta alam dan petualangan. Simak daftar 9 destinasi wisata pantai itu.


Mengenal Desa Wisata Adat Osing Kemiren di Banyuwangi

27 Desember 2023

Warga melintas di gapura Desa Adat Osing Kemiren, Banyuwangi, Jawa Timur. ANTARA/Budi Candra Setya
Mengenal Desa Wisata Adat Osing Kemiren di Banyuwangi

Bagi para wisatawan yang berkunjung ke Desa Wisata, Kemiren, Banyuwangi, tersedia homestay yang siap digunakan sebagai tempat menginap.


Rekomendasi 11 Kuliner yang Wajib Anda Cicipi Saat Berada di Banyuwangi

27 Desember 2023

Kuliner Pecel Rawon resmi tercatat sebagai Pengetahuan Tradisional (PT) asli Bumi Blambangan, Kabupaten Banyuwangi. Foto: Diskominfo Pemkab Banyuwangi.
Rekomendasi 11 Kuliner yang Wajib Anda Cicipi Saat Berada di Banyuwangi

Di samping pesonanya yang menawan, kekayaan kuliner yang ditawarkan di Banyuwangi menghadirkan pengalaman rasa yang tak terlupakan.


Banyuwangi Raih Penghargaan Daerah Terinovasi dan Satyalencana Wira Karya

18 Desember 2023

Banyuwangi Raih Penghargaan Daerah Terinovasi dan Satyalencana Wira Karya

Menumbuhkan budaya inovasi yang terintegrasi dengan program masyarakat. Ada sekitar 270 inovasi berbasis digital ataupun non-digital.


4 Prajurit Kostrad Gugur di Distrik Paro Nduga Papua, Ini Profil Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat

29 November 2023

Logo Kostrad. kostrad.mil.id
4 Prajurit Kostrad Gugur di Distrik Paro Nduga Papua, Ini Profil Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat

Kostrad merupakan salah satu pasukan elit yang dimiliki TNI AD. Begini sejarah pasukan ini.


Surat Cinta Bung Karno untuk Ratna Sari Dewi, Berikut Profil Istri Sukarno Bernama Asli Naoko Nemoto

20 November 2023

Beberapa waktu lalu, kabar duka datang dari keluarga Ratna Sari Dewi. Menantu Dewi Soekarno dan Bung Karno atau suami Kartika, meninggal dunia di Bali pada 3 Februari 2021. Instagram/@dewisukarnoofficial
Surat Cinta Bung Karno untuk Ratna Sari Dewi, Berikut Profil Istri Sukarno Bernama Asli Naoko Nemoto

ANRI kumpulkan 300 arsip Sukarno, di antaranya surat cinta untuk Naoko Nemoto atau Ratna Sari Dewi. Ini profilnya.


Sejak Kapan Film Pengkhianatan G30S/PKI Tak Lagi Wajib Tayang dan Tonton?

30 September 2023

Film Pengkhianatan G 30S PKI dan Rumah Kades
Sejak Kapan Film Pengkhianatan G30S/PKI Tak Lagi Wajib Tayang dan Tonton?

Film Pengkhianatan G30S/PKI pernah menjadi film wajib tayang dan tonton bagi siswa seluruh Indonesia. Sejak kapan tak lagi diwajibkan?


Berikut Sikap Pemerintah Terhadap Korban Pasca G30S 1965

30 September 2023

Menkopolhukam Mahfud MD berbincang dengan seorang eksil seusai pertemuan rombongan pemerintah dengan para eksil Indonesia di Diemen, Belanda, pada hari Minggu, 27 Agustus, 2023. Foto: Linawati Sidarto
Berikut Sikap Pemerintah Terhadap Korban Pasca G30S 1965

Begini sikap pemerintah terhadap korban pasca G30S 1965. Mahfud Md dan Menkumham Yasonna Laoly memberikan peluang repatriasi.