TEMPO.CO, Pontianak – Figura kecil itu terpampang sendirian di atas meja di ruang tamu kediaman pasangan Arba’i Abdullah dan Nabaha Matseh di Jalan Daya Nasional, kompleks Masjid Muthadin, Pontianak, Senin, 28 September 2015. Dikelilingi anak-anak serta sanak saudaranya, Arba'i dan Nabaha terlihat tersenyum dalam balutan baju serba putih di foto itu. "Foto ini diabadikan sesaat sebelum bertolak berangkat haji,” ujar Lysa, salah satu anak pasangan itu kepada Tempo.
Entah sengaja atau tidak, Lysa mengatakan foto itu seakan menjadi pertanda peninggalan terakhir kedua orang tuanya. Kemarin, dia mendapat kabar bahwa ibunya, Nabaha, adalah salah satu korban dari tragedi di terowongan Mina, Arab Saudi, Kamis, 24 September 2015. Sementara sang ayah sampai saat ini belum jelas kabarnya.
Baca Juga:
Lysa mengatakan dirinya terakhir berkomunikasi dengan Nabaha sehari sebelum tragedi Mina itu terjadi. Sang ibu, sempat menanyakan soal hewan kurban yang akan disembelih di kampung halamannya. Nabaha juga sempat berbicara dengan cucu-cucunya. "Ibu selalu tampak riang saat ditelepon," katanya.
Sementara sang ayah, Lysa mengatakan belum mendapat kabar pasti. Meskipun sejumlah media lokal di Pontianak sudah mengabarkan ayahnya juga menjadi salah satu korban tewas dalam tragedi itu, Lysa mengaku masih menunggu pemberitahuan resmi dari pemerintah.
“Saya memaklumi, proses pencarian yang lama. Ibu saya juga disebutkan berhasil diidentifikasi dari foto dan sidik jari. Gelang dan identitas lainnya sudah tidak lagi dikenakan almarhum,” ucapnya.
Lysa mengaku ikhlas dengan kejadian yang menimpa kedua orang tuanya itu. Dirinya hanya berharap sang ibu tenang di alam kubur. “Saya ingin, ibu saya melihat saya melepas beliau ke surga dengan senyuman. Bahkan anaknya ikhlas, peristiwa di Mina hanya sebab. Wafat saat menjalankan ibadah haji itu adalah kematian paling indah,” ujarnya.
ASEANTY PAHLEVI