TEMPO.CO, Jakarta - Kota Jambi dan sekitarnya tidak hanya terselimuti asap tebal, tapi juga debu sisa hutan dan lahan yang terbakar. Penderitaan warga tidak hanya dihadapi pada indeks standar pencemaran udara (ISPU) yang sudah mencapai 525 ppm, tapi juga telah bercampur dengan debu.
"Seharusnya warga Kota Jambi sudah sepantasnya diungsikan karena ISPU sudah sangat berbahaya bagi kesehatan," kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Jambi Arif Munandar kepada Tempo, Sabtu, 26 September 2015.
Menurut Arif, sejak tiga hari terakhir, titik panas tidak lagi terpantau di Provinsi Jambi. Jadi asap tebal yang menyelimuti Kota Jambi dan sekitarnya saat ini merupakan kiriman dari Sumatera Selatan. "Meski demikian, kami tetap siap siaga untuk melakukan pemadaman bila dijumpai ada kawasan hutan atau lahan di daerah ini yang mengalami kebakaran. Jalur darat menggunakan mesin semprot air dan udara menggunakan empat unit helikopter untuk membuat water bombing," ujarnya.
Prakirawan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Jambi Dwi Atmoko mengatakan hujan diprediksi akan mengguyur Provinsi Jambi sekitar pertengahan Oktober hingga pertengahan November 2015. Jarak pandang, kata Dwi, dalam tiga hari terakhir hanya berkisar 100-400 meter.
Kondisi seperti ini membuat Pemerintah Kota Jambi sejak sebulan terakhir terpaksa meliburkan sekolah, dari tingkat taman kanak-kanak hingga sekolah menengah atas. "Kita terpaksa meliburkan sekolah karena kondisi udara sudah sangat berbahaya. Untuk mengatasi tertinggal mata pelajaran, para murid sudah diberi pekerjaan rumah dari guru masing-masing," tutur Kepala Bagian Humas Pemerintah Kota Jambi Abubakar kepada Tempo.
Menurut Abubakar, jumlah penderita ISPA di Kota Jambi sudah mencapai 10 ribu orang lebih. "Wali Kota Jambi Syrif Fasya telah meminta petugas kesehatan di daerah ini untuk bekerja ekstra, yakni harus menjemput bola mendatangi warga dan memberikan pelayanan kesehatan," ucapnya.
Kepolisian Daerah Jambi kini tengah melakukan penyelidikan terhadap 15 perusahaan perkebunan, baik sawit maupun tanaman industri, yang diduga melakukan pembakaran lahan. Warga yang sudah ditetapkan sebagai tersangka sebanyak 28 orang diduga melakukan hal serupa.
Berdasarkan pantauan Tempo, sejak sebulan terakhir, di wilayah Kota Jambi dan sekitarnya jarang sekali terlihat matahari karena tertutup asap tebal. Tidak itu saja, debu bekas kebakaran hutan dan lahan bertaburan di udara terbawa angin hingga memasuki rumah warga.
SYAIPUL BAKHORI